Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah binti Shiddiqul Akbar, adalah satu-satunya istri nabi yang dinikahi masih gadis dan pada usia yang masih kanak-kanak. Allah langsung yang memerintahkan nabi untuk menikahkan Aisyah.
Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa gambarmu dalam sepotong kain sutra seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)
Ibnu Abu Mulaikah menyatakan bahwa Aisyah ra. berkata bahwa Jibril datang kepada Nabi saw. (dalam mimpi) dengan membawa gambarnya dalam sepotong kain sutra hijau seraya berkata, “Inilah istrimu di dunia dan akhirat.” (HR. Tirmidzi)
Alasan Rasulullah menikahi Aisyah ialah karena wahyu Allah dan tujuan dari pernikahan dini itu adalah untuk mengokohkan dan merekatkan hubungan anatara kekhalifahan dan kenabian. Aisyah kecil juga adalah sosok yang jenius, berakhlah, shalihah dan dari keturunan terpandang. Sangatlah cocok untuk mendampingi Rasulullah.
Kedermawanan dan kemurahan hati Aisyah adalah ciri khas dan karakter akhlak yang terpuji serta permata yang sangat mahal dalam dirinya, yang patut menjadi contoh para muslimah. Sifat-sifat dan kemuliaan akhlaknya benar-benar mewarisi sifat ayahnya, Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Abdullah bin Zubair berkata “ Aku tidak pernah melihat dua wanita yang lebih dermawan melebihi Aisyah dan Asma binti Abu Bakr Ash-Shiddiq. Aisyah dia mengumpulkan sesuatu dengan sesuatu, ketika sudah terkumpul banyak, dia membagi-bagikannya, adapun Asma, maka sedikitpun dia tidak menyimpan untuk besok.” ( HR. Bukhari).
Pada suatu ketika ada orang miskin menemuinya dan meminta diberi makan, saat itu di hadapan Aisyah terdapat anggur. Lalu dia berkata kepada seseorang, “Ambillah biji gandum dan berikan kepadanya,”. Namun si miskin tersebut terus-menerus memandangi gandum tersebut”.
Aisyah pun bertanya “Apakah anda terheran-heran? Menurutmu biji gandum ini berapa mitsqal?” Aisuah seakan menyinggung firman Allah :
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az Zalzalah:7)
Dalam riwayat lain, Muawiyah pernah mengirimkan 100.000 dirham kepada Aisyah, lalu Aisyah membagi-baginya sampai tidak tersisa sedikitpun. Barirah berkata, “Anda sedang berpuasa. Kenapa anda tidak membeli daging untuk kita seharga satu dirham?”
Lalu Aisyah berkata, “Kalau aku ingat, maka aku akan lakukan”.
Aisyah lebih mementingkan orang lain yang lebih membutuhkan dibanding dirinya sendiri dalam masalah berbuka puasa. Pada suatu ketika ada seorang miskin yang datang dan meminta-minta kepada Aisyah, saat itu sedang berpuasa, dan dirumahnya ia hanya memiliki sekeping roti. Lalu Aisyah berkata kepada pembantunya “Berikan kepadanya!”. Pembantunya berkata, “Tapi anda tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa nanti”, Aisyah berkata “berikan kepadanya!”. Lalu si pembantu mengatakan “baiklah”. Kemudian pada sore harinya salah satu keluarha menghadiahkan kepada kami sebagaimana biasanya daging kambing beserta pahanya, lalu Aisyah memanggilku dan berkata, “Makanlah daging ini, ini lebih baik dibandingkan roti keringmu” (HR. Imam Malik, Al Baihaqi)
Selain itu, Aisyah tidak tamak terhadap harta. Aisyah pernah menjual rumah kepada Mu’awiyah dengan harga 180.000 dirham, ada yang mengatakan 200.000 dirham. Kemudian uang hasil pembayaran rumah itu diantarkan kepadanya, dia tidak beranjak dari tempatnya sampai uangnya habis ia sedekahkan.
Sahabat IZI, kisah di atas hanya beberapa contoh dari keteladanan dan kemuliaan akhlak Ummul Mukmini Aisyah radhiyallahu’anhu. Tentulah masih banyak akhlak beliau yang patut menjadi contoh.
(Ayu Lestari)
Sumber : Buku ‘Ummul Mukminin AISYAH Radhiallahu’anhu Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman’ karya Sayyid Sulaiman An- Nadwi
Leave a Reply