JAKARTA – Keberadaan tempat singgah menjadi salah satu hal penting bagi pasien rujukan yang berasal dari luar domisili rumah sakit rujukan nasional ataupun daerah. Hal ini sangat mempengaruhi pengeluaran dan kondisi ekonomi pasien rujukan ketika mereka melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut. Terlebih, gap antara biaya sehari-hari di Jakarta dengan daerah lain, menjadi salah satu faktor besarnya beban biaya hidup, terutama bagi pasien yang berasal dari keluarga kurang mampu (menengah ke bawah).
Salah satu permasalahan yang sering terjadi bagi pasien rujukan adalah kurangnya biaya untuk menyewa tempat singgah berbayar, sehingga akhirnya memilih untuk “ngemper” di ruang tunggu, lorong, ataupun musala rumah sakit. Tentunya hal ini menggambarkan ketidaksejahteraan pada pasien dalam hal akses tempat singgah.
“Saya melihat banyak orang yang tidur bergeletakan di lorong-lorong rumah sakit rujukan, sambil mereka menjalani pengobatan rawat jalan. Rasa kemanusiaan membuat saya tergerak mendorong IZI melahirkan solusi atas permasalahan ini, melalui program RSP,” ujar Nana Sudiana, Direktur Pendayagunaan Laznas IZI, dalam wawancara khusus pada Senin (9/9/19), di Kantor IZI Pusat, Jl. Raya Condet, Balekambang, Jakarta Timur.
Jelasnya kembali, bahwa berangkat dari permasalahan tersebut, pada tahun 2016, tepatnya di bulan Mei, IZI berinisiatif membangun Rumah Singgah Pasien Inisiatif Zakat Indonesia (RSP IZI) dengan pengelolaan dan pelayanan yang menyeluruh.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Supervisor RSP, Dea Assifa menuturkan, bahwa RSP IZI sendiri merupakan layanan hunian yang dilengkapi dengan fasilitas konsumsi dan transportasi, serta diberikan secara gratis. “Layanan rumah singgah ini diperuntukan bagi pasien rawat jalan di rumah sakit rujukan nasional atau daerah, yang berasal dari luar domisili rumah sakit tersebut; beragama Islam, dan berasal dari keluarga kurang mampu,” pangkasnya.
Dea juga mengatakan, bahwa daya tampung pasien di RSP yang sudah ada saat ini masih belum bisa mengakomodir jumlah yang besar. Saat ini, RSP IZI tersebar di 10 kota besar di Indonesia, dengan jumlah 15 rumah singgah. “Di antara seluruh RSP IZI, RSP IZI di Salemba, Jakarta merupakan RSP dengan kapasitas terbanyak dan menjadi percontohan bagi RSP lainnya, yang menampung dua puluh dua pasien”, tutur Dea kembali menjelaskan.
Lokasi yang berdekatan dengan RS rujukan nasional, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menyebabkan pemanfaatannya sangatlah besar. Permintaan pasien untuk singgah di RSP ini pun terbilang tinggi, meskipun saat ini hanya dapat menampung 22 pasien rawat jalan. Atas dasar itulah, pembangunan dengan kapasitas yang lebih besar diharapkan dapat memperbesar manfaatnya pula.
“Selain itu, pembangunan kembali rumah singgah ini juga ditujukan agar lebih mempermudah operasional RSP, tidak perlu menyewa rumah setiap bulannya,” tutup Dea.
Pembangunan yang membutuhkan biaya sebesar 39,8 milyar rupiah ini menjadi program multiyears Laznas IZI, yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2019-2021. (Kontributor: Dea/ Editor: Fajri)
Leave a Reply