“Dunia ini terlalu luas untuk ditaklukkan seorang diri,” itu lah yang terlontar dari buah pikir Nana Sudiana. Pandangannya mengarah jauh kepada kasus kemiskinan yang terjadi di dunia ini.
Nana Sudiana telah berkeliling Asia Tenggara. Mengatasnamakan Inisiatif Zakat Indonesia, ia membawa misi agar lembaga tersebut terlibat dalam dinamika dunia Islam, terutama di kawasan negara-negara ASEAN.
“Kita sudah belajar memahami kehidupan muslim di Vietnam, Filipina, Thailand, Kamboja, dan beberapa tempat yang sekiranya ada komunitas muslim di situ. Termasuk Brunei Darussalam yang mayoritas muslim. Kita lihat kedalamannya,” jelas Nana.
Diakui olehnya bahwa perjalanan dinas ini bukan dalam rangka membuat cabang baru, atau terlibat dalam penyelesaian konflik. Akan tetapi, upaya memberikan dukungan riil kepada komunitas muslim yang menjadi minoritas di kawasan tersebut. Salah satunya di Timor Leste.
Banyak temuan saat ke negara yang resmi lepas dari Indonesia di tahun 1999 tersebut. Sebagai negara sekuler, yang tidak mengurusi kehidupan beragama penduduknya, pajak Timor Leste tidak dipergunakan mendanai urusan-urusan semacam itu. Segala sesuatu yang berkenaan dengan komunitas keagamaan adalah urusan pribadi masing-masing. Namun, pemerintah setempat membuka diri bagi donasi luar negeri yang ditujukan kepada komunitas agama tertentu.
Nana Sudiana, selaku Direktur Pendayagunaan IZI telah menjalin komunikasi dengan Conistil (Conselho Nacional Islamica de Timor-Leste) untuk mendukung kebutuhan riil muslim di sana. Conistil merupakan lembaga yang diisi oleh dewan perwakilan muslim di seluruh distrik se-Timor Leste. Pimpinan mereka memiliki hak setara perwakilan diplomatik. Sehingga diharapkan, Conistil mampu memberi legalitas atas bantuan zakat, infak dan sedekah, yang akan dikirim oleh IZI.
Sebagai gambaran singkat, penduduk muslim Timor Leste hidup dalam kemiskinan. Jumlah mereka mencapai empat ribu penduduk namun tidak memiliki relasi pertemanan dengan komunitas muslim dari negara lain. Bisa dikatakan, mereka hidup dalam kesendirian di saat support dari banyak pihak begitu diharapkan.
Alasan Memilih Filantropi Islam
Pekerjaan Amil Zakat selalu terkait dengan kebutuhan mendasar seseorang sehingga cukup menantang bagi Nana Sudiana. Ia telah berkiprah delapan belas tahun lamanya di dunia perzakatan.
“Banyak ruang kreativitas di sini. Dari sisi aturan main, aktivitas zakat itu sendiri, pendekatan komunikasi dengan para donatur, termasuk inovasi kelembagaan. Masih sangat mungkin (dikembangkan),” ungkapnya.
Namun yang paling penting adalah membangun karakter SDM lembaga zakat yang berorientasi pada mustahik. Tidak menutup kemungkinan menurutnya, tiap amil membawa visi masing-masing. Datang dan perginya agen lembaga zakat justru memberikan dampak kurang menguntungkan bagi filantropi Indonesia. Perlu adanya konsistensi.
Untuk itu, menjadi tugas lembaga zakat untuk mengakomodir dan memberikan ruang yang luas dalam berkreasi dan berinovas bagi SDM-nya, agar filantropi Islam berjalan secara konsisten.
Leave a Reply