Hoarding disorder atau gangguan menimbun adalah kondisi mental yang ditandai dengan kesulitan ekstrem dalam membuang atau melepaskan barang, bahkan jika barang tersebut tidak lagi memiliki nilai guna. Akibatnya, rumah penderita bisa dipenuhi tumpukan barang yang mengganggu aktivitas harian dan menurunkan kualitas hidup. Tapi apa sebenarnya penyebab hoarding disorder?
Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab hoarding disorder secara lugas dan mudah dipahami, mulai dari faktor psikologis, biologis, hingga lingkungan. Informasi ini penting bukan hanya untuk penderita, tetapi juga bagi keluarga atau teman yang ingin membantu.
1. Riwayat Trauma atau Kehilangan
Salah satu penyebab utama hoarding disorder adalah pengalaman traumatis di masa lalu. Kehilangan orang tercinta, perceraian, kebangkrutan, atau bencana alam yang menyebabkan kerugian besar bisa memicu seseorang untuk mulai menyimpan segala sesuatu dengan ketat. Menimbun barang menjadi semacam “benteng perlindungan emosional” agar tidak merasakan kehilangan lagi.
Sebagai contoh, seseorang yang kehilangan rumah karena kebakaran mungkin akan merasa tidak aman jika harus membuang benda apa pun, karena takut kehilangan lagi.
2. Masalah dalam Pengambilan Keputusan
Orang dengan hoarding disorder sering mengalami kesulitan dalam membuat keputusan kecil sekalipun, seperti memutuskan apakah sebuah kertas bekas masih berguna atau tidak. Mereka cenderung berpikir bahwa semua barang memiliki potensi nilai di masa depan. Akibatnya, mereka menyimpan terlalu banyak hal yang sebenarnya sudah tidak diperlukan.
3. Kondisi Kesehatan Mental Lainnya
Hoarding disorder juga sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lain, seperti:
- Depresi: Sulit melepaskan barang bisa menjadi cara untuk mengatasi perasaan hampa atau tidak berdaya.
- Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): Meskipun berbeda, OCD dan hoarding bisa saling terkait, terutama dalam pola pikir obsesif.
- Anxiety Disorder: Rasa cemas yang berlebihan bisa membuat seseorang takut menyesal jika membuang barang.
4. Faktor Genetik dan Biologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hoarding bisa memiliki unsur genetik. Jika ada anggota keluarga yang juga mengalami perilaku menimbun, risiko untuk mengalami hal serupa akan lebih tinggi. Selain itu, fungsi otak yang terganggu, terutama di bagian yang mengatur pengambilan keputusan dan emosi, juga berperan.
5. Lingkungan dan Pola Asuh
Lingkungan masa kecil yang penuh tekanan atau kurang kasih sayang bisa menjadi akar masalah. Anak-anak yang tumbuh di rumah yang kacau atau tidak stabil sering mengembangkan kebiasaan menyimpan barang sebagai cara menciptakan rasa aman. Selain itu, jika orang tua juga punya kebiasaan menimbun, anak cenderung menirunya.
Hoarding disorder bukan sekadar “suka berantakan” atau “sayang buang barang.” Ini adalah kondisi psikologis yang kompleks, dengan akar penyebab yang bisa berasal dari trauma, genetik, masalah mental lain, hingga lingkungan masa kecil.
Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda hoarding, penting untuk mencari bantuan profesional. Penanganan sejak dini dapat mencegah kondisi semakin parah dan membantu meningkatkan kualitas hidup.
Ayu L Mukhlis
Leave a Reply