Perbuatan baik sekalipun ternyata memerlukan adab untuk melakukannya. Termasuk menasihati. Salah dalam memberi nasihat, bisa-bisa orang lain malah membenci dan menolak nasihat yang kita berikan untuknya. Kita tidak boleh bersikap tidak peduli dan abai, karena nasihat merupakan salah satu hak muslim yang lain terhadap diri kita, oleh sebab itu perlu mempelajari adab dalam memberi nasihat.
Apa sajakah adab menasihati orang lain? Berikut ini beberapa di antaranya:
- Meluruskan niat
“Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Niatkanlah untuk memperbaiki kesalahannya, bukan untuk mempermalukannya apalagi untuk menunjukkan kebencian terhadapnya. Nasihat yang diniatkan untuk kebaikan dan kebenaran in syaa Allah akan berbuah kebaikan pula.
- Menasihati 4 mata saja
“Nasihati aku kala sunyi dan sendiri; jangan di kala ramai dan banyak saksi. Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak, maka maafkan jika aku berontak.” (Asy-Safi’i)
Memang sebaiknya nasihat hanya diberikan ketika sedang berduaan atau dalam kondisi empat mata, karena seseorang yang dinasihati di depan orang lain akan merasa dirinya tengah dipermalukan.
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
- Menasihati dengan kesabaran
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dalam menaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)
Bukan hanya asal benar, menasihati harus juga dilakukan dengan sabar. Yakni kontinyu terus-menerus menasihati orang tersebut hingga ia mengubah kelakuannya menjadi lebih baik.
- Memilih kata-kata lemah lembut
“Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya. (HR. Muslim)
Bahkan pada Fir’aun yang mengaku Tuhan sekalipun, Allah menyuruh Musa dan Harun untuk bicara pada Fir’aun dengan kata yang lemah lembut. Apalagi kita terhadap saudara sesama muslim, janganlah mengucapkan kata yang menyakitkan hatinya saat menasihati.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut.” (QS. Ath Thaha: 44)
- Tidak memaksakan nasihat untuk diterima dan dilakukan
Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Nasihat memang bertujuan untuk memperbaiki kondisi seseorang, akan tetapi kita tidak diperbolehkan memaksa orang lain menerima nasihat kita. Biarkanlah kita sendiri yang berkreasi agar nasihat yang kita berikan bisa mengena dan mudah diterima.
- Menunggu waktu yang tepat untuk menasihati
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam…”(HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk memberi nasihat pun perlu melihat waktu yang tepat, jangan sampai karena kita ingin menasihatinya cepat-cepat, malah tidak melihat kondisinya sedang lapar atau sedang marah atau sedang dalam posisi sulit menerima nasihat.
Demikianlah adab menasihati orang lain yang diajarkan oleh Rasulullah. Semoga dapat kita amalkan. (SH)
Leave a Reply