Ramadhan datang menjelang. Bulan mulia nan pernah berkah yang kedatangannya ditunggu umat Islam seluruh dunia.
Namun tahun ini jelas berbeda. Dengan masih adanya wabah Pandemi Covid-19, situasi Ramadhan jelas terasa sangat berbeda dari sebelumnya.
Meski begitu, kegembiraan menyambut Ramadhan serta kesiapan kita memanfaatkan momentum Ramadhan tak boleh surut. Boleh jadi kita tak bisa shalat jamaah ke Mesjid. Tak bisa tarawih bersama. Apalagi tadarus dan beritikaf di masjid. Justru inilah tantangannya, kita tetap harus menjaga semangat bahwa Ramadhan tetaplah istimewa dan penuh makna.
Kesabaran kita merupakan puncak ujian agar terjaga dan tak emosional dalam beribadah. Ada yang tetap harus dipatuhi dan dijaga. Agar semua bisa tetap selamat dan tak terinfeksi virus Covid-19.
Kalau ditanya apakah kita tidak rindu masjid, tarawih, tadarus serta I’tikaf? Jawabannya pastilah kita amat sangat merindukan itu semua. Para amil bahkan lebih dari itu, Ramadhan bagi pengelola zakat adalah puncak aktivitas serta puncak layanan juga dan merupakan siklus tahunan yang paling sibuk.
Lembaga-lembaga zakat seakan berlomba melayani muzaki, mustahik dan bahkan mengerahkan banyak-banyak relawan untuk semakin memudahkan layanan pada masyarakat dan Umat.
Dari sisi penghimpunan, tak dipungkiri, Ramadhan adalah puncak tertinggi dari seluruh momen lembaga yang akan menghaslkan penghimpunan yang sangat signifkan.
Kebiasaan muzaki berzakat di Ramadhan, serta ajaran tentang pahala yang dilipatgandakan akan membantu kemudahan edukasi dari sejumlah lembaga zakat. Ada gelombang kesadaran yang muncul dari umat Islam untuk semakin berbagi dan peduli kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan dhuafa.
Persiapan menuju Ramadhan bagi para amil dan lembaga pengelola zakat umumnya dilakukan jauh-jauh hari. Untuk menyambut Ramadhan, bahkan bisa tiga sampai empat bulan sebelumnya.
Namun di Ramadhan tahun ini, semua perencanaan dan skenario yang telah disusun secara matang harus disesuaikan ulang. Pandemi Covid-19, begitu datang, memaksa siapapun untuk segera menyesuaikan diri. Bila bandel dan tak mau berdamai dengan situasi yang ada, terlalu besar risikonya. Jangankan sekelas lembaga zakat, negara-negara maju di Eropa saja kelimpungan menghadapi pandemi kali ini.
Dalam menyesuaikan diri di moment Ramadhan saat pandemi, pilihan lembaga-lembaga zakat tak banyak. Ia harus terus bertahan dan terus maju, atau akan lumpuh lalu tenggelam. Bagi lembaga zakat dan amilnya, tentu saja berharap lembaganya bisa terus eksis dan bahkan bisa terus melaju melewati badai pandemi ini.
Semua pihak tentu ingin sukses dan terus sukses. Dalam buku “Grit: The Power of Passion and Perseverance” yang ditulis oleh Angela Duckworth, ternyata untuk bisa sukses, faktornya bukan hanya soal kecerdasan atau kehebatan semata.
Menurut Profesor Angela, ada satu hal yang memainkan peranan penting dalam kesuksesan seseorang, atau sebuah lembaga, yakni Grit. Grit adalah kegigihan, ketekunan dan sifat tidak mudah menyerah kita untuk meraih suatu hal. Dan semoga di tengah situasi yang kurang menentu seperti saat ini, para amil masih kuat mengahdapi gelombang pandemi Covid-19 dan terus sukses lembaga zakatnya masing-masing.
Di tengah idealitas Ramadhan dengan segala dinamikanya, para amil harus tetap bergerak dan membantu mustahik. Terlepas dari soal passion, bakat atau latar belakang masing-masing, para amil harus tetap produktif di tengah suasana Ramadhan dalam bayang-bayang pandemi Covid-19.
Berikut ini setidaknya ada 7 tips sederhana untuk para amil agar bisa terus produktif saat Ramadhan.
Pertama, Niatkan Bekerja Sebagai Amil adalah Ibadah
Di dunia ini, banyak orang yang sukses maupun gagal. Dan soal kesuksesan ini ternyata kuncinya bukan soal kepintaran atau bakat saja.
Faktanya, sejumlah orang sukses dan berprestasi di berbagai bidang pada awalnya dianggap tak berbakat dan tak punya potensi. Salah satu tokoh dunia yang amat legendaris adalah Thomas Alfa Edison.
Pada masa kecilnya di Amerika Serikat, Edison selalu mendapat nilai buruk di sekolahnya. Oleh karena itu ibunya memberhentikannya dari sekolah dan mengajar sendiri di rumah.
Namun sejarah akhirnya membuktikan bahwa Edison dipandang sebagai salah seorang pencipta paling produktif pada masanya. Ia menemukan dan kemudian memegang rekor 1.093 paten atas namanya.
Ia juga banyak membantu dalam bidang pertahanan pemerintahan Amerika Serikat. Beberapa penelitiannya antara lain : mendeteksi pesawat terbang, menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam, menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal kamuflase, dan masih banyak lagi.
Kunci dari kesuksesan ternyata sebenarnya sederhana. Selain harus Grit, juga punya niat yang kuat untuk terus bekerja dan berkarya. Sebagai amil, tentu kita semua harus kuat dan istiqomah dalam memelihara niat ketika Allah memilih kita sebagai amil.
Lupakan masa lalu, dan mulailah fokus untuk menjadi amil yang kuat mentalnya dan produktif hidupnya. Dan momen Ramadhan di tengah pandemi ini juga bukan halangan kita untuk terus bekerja demi kebaikan sesama.
Di sejumlah momen kehidupan Rosulullah Muhammad SAW, bahkan Ramadhan kadang menjadi arena penentuan nasib umat lewat berbagai tekanan, bahkan juga peperangan.
Jaga terus niat kita. Insyaallah sesulit dan seberat apapun kondisi yang kita hadapi kita bisa tetap produktif, di kantor maupun di rumah ketika WFH.
Salah satu hal yang bisa memacu semangat dan niat bekerja di bulan Ramadhan adalah menjadikan apa yang kita kerjakan sebagai amil adalah bagian dari ibadah.
Sebagai amil, tentu pekerjaan kita selaras dengan kebaikan, dan setiap kebaikan adalah juga ibadah bukan?. Kalau niat sudah bulat dan jadi keyakinan untuk melangkah, maka tips lainnya akan agar bisa lebih produktif di bulan Ramadhan kali ini akan semakin mudah.
Kedua, Tetap Bekerja Sepenuh Cinta, walaupun Sedang Puasa
Situasi Pandemi Covid-19 kadang menakutkan. Karena yang dihadapi sesuatu yang tidak jelas namun risikonya sangat besar.
Satu sisi, sebagai amil zakat, kita tetap harus bekerja membantu dan memperbaiki keadaan. Sekecil apapun sumbangsih amil pada situasi saat ini, pasti akan sangat membantu para dhuafa.
Di luar itu semua, amil harus tetap produktif bekerja. Walau sedang puasa dan berada ditengah ancaman wabah corona. Menjaga diri ditengah situasi yang wabah, susah-susah gampang.
Ketakutan berlebih justru akan menurunkan daya imun tubuh. Sebaliknya, jika terlalu berani, malah berisiko terpapar virus. Diperlukan strategi yang tepat agar para amil tetap bekerja dan tetap selamat.
Selain masalah kehati-hatian dalam bekerja saat pandemi melanda, juga diperlukan cita agar apa yang dikerjakan terasa ringan dan tanpa beban. Dengan adanya cinta yang mendalam terhadap pekerjaan kita sebagai amil, kita akan merasa waktu berlalu dengan cepat.
Sebaliknya orang-orang yang bekerja tanpa ada rasa cinta yang kuat dalam dirinya terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, secara umum akan melakukan sejumlah hal, antara lain : sering mengeluh ketika bekerja, beraktivitas secara asal-asalan, merasa bosan dalam bekerja dan ketika bekerja sering milirik jam tangan karena keinginannya cepat istirahat dan pulang.
Adapun orang yang mencintai pekerjaannya, ia akan : sangat antusias dalam bekerja, merasa bahagia dalam bekerja, serius dan penuh pengabdian dalam bekerja, memahami pekerjaannya serinci mungkin, dan dalam bekerja fokus pada kemajuan dan pengembangan lembaga zakatnya.
Dengan cinta yang tumbuh dalam diri seorang amil, apapun yang ia kerjakan, ia akan ikhlas menerima hasil akhirnya dan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan serta hasil yang dicapainya.
Ia ingin menunjukan bagaimana ia sungguh-sungguh menjadi seorang amil. Para amil juga ingin menunjukan pada muzaki dan mustahiknya untuk secara serius melayani mereka semua.
Dengan pelayanan yang serius setiap hari, para amil berkomitmen menjadikan dirinya bagian terbaik dari lembaga amilnya masing-masing. Pelayanan yang terbaik dan sepenuh hati adalah kunci suksesan lembaga walaupun ada ditengah tekanan akibat pandemi.
Ketiga, Tuliskan Semua Program dan Rencana
Di tengah Pandemi, pastikan kita menghemat apapun. Termasuk menghemat waktu, sumberdaya dan kesempatan yang kita miliki. Pastikan dengan semakin terbatasnya waktu yang ada, kita punya rencana yang baik dan sistematis.
Buatlah to-do list setiap waktu secara berkala. Bisa dalam lingkup bulanan, pekanan dan harian. Tuliskan semuanya, baik pekerjaan sebagai amil, pekerjaan di rumah atau lainnya.
Siapkan agenda yang telah disusun tadi sebagai pengingat agar kita bisa mengatur waktu dan termotivasi untuk lebih produktif. Jangan sampai wabah kali ini malah jadi alasan untuk bermalas-malasan atau malah tidak produktif.
Jadikan situasi saat ini malah momentum untuk memacu diri agar waktu yang kita miliki benar-benar optimal bagi berbagai kepentingan.
Optimalkan semua kesempatan untuk berbuat baik bagi sesama. Jangan jadikan alasan Covid-19 ini sebagai hambatan dan kambing hitam tak terselesaikannya pekerjaan dan tugas-tugas sebagai amil zakat yang baik.
Kita tidak perlu menunggu situasi kembali normal. Syukuri situasi ini dan belajarlah beradaptasi dengan baik. Apapun yang terjadi, usahakan tidak menghambat kita untuk tetap produktif.
Sebaliknya, jadikan situasi pandemi Covid-19 ini untuk bahan pembelajaran kita di masa depan. Kita juga harus berpacu untuk secepatnya bergerak di tengah keterbatasan ini. Semoga begitu situasinya kembali normal, kita bisa langsung ‘’tarik gas” berprestasi dengan energi baru yang kita miliki selama ini.
Keempat, Manfaatkan Waktu Jeda untuk Ibadah Penuh Makna
Buatlah tujuan Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terbaik yang kita miliki. Dengan tujuan yang ada ini, Insyaallah kita akan fokus untuk beribadah dengan optimal selama Ramadhan.
Setiap waktu jeda yang kita miliki, mari kita gunakan untuk berjuang keras bagi ibadah yang kita ingin lakukan sebanyak-banyaknya dan se-khusyu-khusyu-nya.
Dengan memiliki tujuan yang jelas di Ramadhan kali ini, maka seluruh waktu kita, baik yang dipergunakan untuk bekerja, untuk keluarga maupun waktu-waktu jeda yang ada, semuanya ditujukan sebagai bagian dari ibadah kita di bulan mulia ini.
Dengan penetapan tujuan yang jelas, kita bisa berjuang dengan keras mencapai statement ini. Kenapa diperlukan betul hal ini dilakukan? Tiada lain agar kita fokus pada apa yang ingin dicapai selama Ramadhan.
Dengan tujuan yang jelas, kita juga bisa menjaga semangat produktivitas dan tak mudah bosan atau berhenti di tengah jalan. Walau kita saat ini merasa kurang nyaman dan ingin segera keluar dari situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, tidak berarti kita tidak mengerjakan apa-apa.
Justru berbarengan dengan situasi ini, sambil terus memperbanyak ibadah selama Ramadhan, kita bisa menyiapkan rencana masa depan dengan lebih tenang.
Sambil terus memantau perkembangan situasi, kita juga bisa tetap produktif bekerja. Manfaatkan waktu istirahat siang atau sore untuk menyelesaikan berbagai bacaan, hapalan atau aktivitas ibadah lainnya dengan baik.
Nikmati ini semua seolah fasilitas khusus untuk kita lebih tenang dan khusyu dalam ibadah, juga dalam bekerja. Kita juga terus melatih dan mengubah growth mindset kita.
Hal ini adalah poin yang penting bagi perkembangan mental kita. Percayalah dan tanamkanlah dalam pikiran bahwa kita di tengah situasi sulit ini tetap dapat berkembang dan menggapai apa-apa yang kita cita-citakan.
Pastikan dalam hati kita selalu ada ruang untuk merasa menjadi lebih baik, we really can improve. Dengan cara tadi, ibadah kita semakin tenang, hati juga lapang. Insyaallah juga akan jauh dari rasa ketakutan dan merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Kelima, Siapkan Meja, Alat kerja dan Bacaan Penunjang Wawasan Ramadhan
Sejumlah orang, ketika bekerja merasa kurang bisa produktif karena alasan teknis. Bekerja di kantor atau di rumah seperti skema WFH di tengah Pandemi saat ini sering kali karena merasa tak didukung dengan faslitas yang memadai jadi tidak optimal.
Produktivitas dalam bekerja memang tak hanya soal fasilitas. Perlu juga dukungan suasana agar selaras dengan tercapai-nya target kerja yang telah ditetapkan di awal. Beberapa orang seringkali dengan alasan mejanya berantakan dan tak punya tempat memadai tidak bisa fokus bekerja.
Kerapian, kebersihan serta lengkapnya alat-alat kerja serta suasana lingkungan yang mendukung jelas tidak bisa tercipta sendiri. Kita-lah yang justru merancang dan mendesain mau seperti apa suasana meja kerja atau ruangan kerja kita.
Sebelum memulai pekerjaan, sempatkan untuk merapikan meja kerja di pagi hari sebelum mulai bekerja. Kita juga harus mengatur barang-barang di meja dan sekitarnya agar rapi dan terlihat enak di pandang.
Kertas-kertas, buku, atau dokumen yang berantakan akan mengganggu fokus kita dalam bekerja. Pastikan juga barang-barang atau alat kerja di meja kita adalah yang benar-benar kita perlukan.
Simpankan barang lainnya yang kurang relevan dan kembalikan barang-barang dari dapur, seperti bekas makan, minum atau wadah lainnya. Bisa juga kita tambahkan hiasan di meja kita agar tak terkesan kosong. Hiasan yang sesuai akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya.
Selain itu masih ada sejumlah hal lainnya yang kita bisa lakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman agar bisa bekerja lebih produktif di hari-hari Ramadhan dan wabah Pandemi saat ini.
Keenam, Kurangi terlibat dan aktif berlebihan di Media Sosial
Sosial media saat ini seolah menjelma menjadi kebutuhan manusia. Dan lucunya, ia telah pula menggeser kebiasaan banyak orang dalam kehidupan mereka.
Dulu sebelum era sosial media demikian mewabah, orang-orang ketika bangun tidur pagi langsung ke kamar mandi, lalu wudlu dan shalat malam atau shalat subuh bila terlambat bangun malam.
Namun saat ini, banyak orang, begitu bangun tidur langsung membuka gadget dan malah asyik melihat status teman-temannya di sosial media.
Situasi sosial masyarakat-pun tak jauh beda. Ada dorongan kuat masyarakat lebih peduli orang lain dibanding diri dan keluarga mereka. Perhatian mereka untuk terus mengikuti segala sepak terjang idola atau panutan mereka di sosial media demikian kuat. Apapun yang dilakukan atau dikatakan akan mudah saja diikuti.
Termasuk dalam hal ini adalah mindset yang ada ditengah masyarakat saat ini juga mengalami pergeseran. Makna sukses, keberhasilan, serta kegagalan seolah “sama frekuensinya” dengan para “Influencer” yang ada di sosial media.
Nilai moral, etika atau akhlak standarnya pun ikut bergesar, seolah mengikuti trend yang berkembang. Untuk itulah kita harus mengambil jarak secara proporsional antara kehidupan nyata dengan dunia sosial media.
Apalagi saat di Ramadhan kali ini. Kita harus berusaha sekuat tenaga menjaga mindset dan keyakinan yang kita miliki. Walau hal ini awalnya terasa sulit dan susah untuk dilakukan, kita tetap harus mencobanya sekuat tenaga.
Kita juga secara perlahan mengurangi ketergantungan pada sosial media dan berusaha menyeimbangkan dengan memperbanyak amal-amal nyata di kehidupan sebenarnya.
Walau sulit, momen Ramadhan kali ini mari kita jadikan sebagai starting point untuk hidup lebih bebas dan merdeka dan lepas dari tarikan berlebihan sosial media.
Mindset amil yang independen dan tak berlebihan dalam ikut arus sosial media ini Insyaallah akan berbuah produktivitas kerja yang baik. Dan dari produktivitas ini semoga lahir karya-karya terbaik para amil Indonesia.
Ketujuh, Buka dan Sahur dengan Makanan Sehat dan Bergizi
Menjadi amil yang produktif harus juga didukung oleh fisik yang sehat dan bugar. Karena produktivitas tak lahir dari tubuh yang lemah, apalagi sakit.
Walau sedang puasa Ramadhan, pastikan badan sehat dengan asupan makanan yang sehat dan bergizi. Makan yang baik serta dalam porsi yang sesuai juga akan menguatkan pikiran untuk terus bisa bekerja secara produktif.
Fokus saat buka puasa dan sahur, tak boleh hanya kenyang dan enak. Perhatikan pula kandungan gizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Gaya hidup sehat, walau saat puasa di bulan Ramadhan harus tetap dijaga dan dilakukan. Gaya hidup sehat dan bugar ini akan membantu kita lebih produktif dan semakin berprestasi dalam bekerja. Tak lupa olahraga dan istiahat yang cukup, ini juga akan membantu kerja jadi lebih mudah dan tanpa kesulitan.
Nah, kini Ramadhan tahun ini benar-benar kita telah masuki. Semua rencana dan persiapan, mari kita praktikan agar mewujud menjadi Ramadhan terindah dan paling spesial dalam hidup kita sebagai seorang amil.
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, kita juga mari sama-sama membuktikan tantangan dari lingkungan seperti ini, apakah kita amil yang gampang menyerah atau justru amil yang tetap produktif. Bahkan bisa menghasilkan karya-karya terbaik dan bermakna bagi sesama.
Puasa di bulan suci Ramadhan hanya dilakukan selama satu tahun sekali. Tentu sangat disayangkan bila para amil melewatkannya begitu saja. Walaupun Ramadhan tahun ini diwarnai dengan situasi Pandemi Covid-19, namun kegembiraan dan semangat untuk menyambut Ramadhan sebagai bulan yang mulia tak boleh surut.
Di momen ini juga, bagi Umat Islam, khususnya para amil harus tetap bekerja di lembaga-nya masing-masing. Dan maknai dengan dalam bahwa bekerja sebagai amil zakat ini juga selaras dengan tujuan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah, yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Jadi sembari tetap bekerja secara produktif, para amil sekaligus bisa memperbanyak ibadah-ibadah selama Ramadhan. Para amil yang bekerja di kantor, di lapangan atau di rumah, tetap bisa memastikan mampu menegakan amalan-amalan utama Ramadhan seperti tadarus Al-Qur’an, tarawih, qiyamul lail, infak dan sedekah serta amalan-amalan baik lainnya.
Mari kita ikhlaskan hati, mensyukuri apapun situasinya saat ini. Saat yang sama juga kita berusaha memantapkan hati walau ibadah kita akan lebih banyak di rumah daripada di mesjid. Ini juga menjadi ajang kita muhasabah untuk bisa lebih khusyu dan memperhatikan anggota keluarga masing-masing.
Para amil, jangan lupa kita juga senantiasa kita berdoá dengan sungguh-sungguh agar pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan kita kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya.
Yakinlah bahwa ini semua takdir Allah yang harus kita terima dengan lapang dada. Mumpung Ramadhan, kita juga bisa memohon pada Allah agar kita dan keluarga diberikan limpahan kebaikan dan keberkahan.
Tak lupa juga kita doakan para amil dan lembaga-lembaga zakat di negeri ini diberi ketabahan dan kemampuan melewati situasi pandemi ini.
Soal produktivitas adalah soal ikhtiar, namun dengan doá, kita juga justru mengundang campur tangan Allah secara ukhrowi agar musibah ini cepat berganti kebaikan dan kita para amil segera bisa membantu para dhuafa untuk bisa lebih baik hidupnya dan bisa lebih mandiri.
Semoga.. (Nana Sudiana, Direksi IZI dan Sekjen FOZ)
Leave a Reply