Balai desa Teluk begitu sepi. Di dalamnya hanya tersisa tumpukan baju bekas yang berserakan. Pertanda bahwa warga sempat datang kemari mengambil kebutuhan sementara mereka.
Tim IZI bersama tiga rombongan donatur kembali berkunjung ke desa Teluk untuk menemui warga terdampak bencana tsunami Selat Sunda (26/12). Namun, pada sore itu diketahui bahwa warga telah kembali ke pengungsian mereka di Kp. Pangbogoan, desa Banyubiru, kec. Labuan, Pandeglang, Banten.
Untuk menjangkau ke penampungan Banyubiru, kami dibantu oleh warga sekitar yang kebetulan hendak ke sana.
Akses jalan yang kami lalui begitu sempit. Menjadi sangat sulit ketika kendaraan dari arah berlawanan ikut lewat.
Ketiga mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah posko milik warga lokal. Pengungsian tersebut dipenuhi warga desa Teluk. Total, terdapat 34 kepala keluarga yang tinggal di sana.
“Di sini wilayah tinggi, pak. Kalau daerah sini kena tsunami, pelabuhan Ketapang berarti sudah hancur,” tutur Hamdani (31) yang juga ikut mengungsi.
Saat Hamdani lari dari ganasnya ombak tsunami Selat Sunda, ia terus berlari membawa istri dan anaknya ke desa Banyubiru ini, tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.
Hamdani tahu rumahnya telah luluh lantak. Namun yang menjadi kepeduliannya hanya keselamatan keluarganya. Bahkan, ketika kami tanya berapa jarak dari rumahnya ke desa Banyubiru ini, pria yang menjadi nelayan itu menjawab dengan polos, “tidak tahu.”
Setelah sedikit menyapa dan berdialog dengan warga pengungsi desa Teluk, rombongan IZI menitipkan barang-barang bantuan, berupa : susu bayi, roti, indomie, makanan siap saji, dan lainnya.
Banyak yang ingin kami bicarakan pada saat itu. Akan tetapi, waktu begitu sempit hingga kami harus meninggalkan tempat pengungsian tersebut.
Setidaknya, kami telah mencatat berbagai kebutuhan mendesak para pengungsi desa Teluk. Tiap malam, warga desa Teluk terus berdatangan, jumlah pun membengkak. Tenda tempat mereka bernaung menjadi sangat urgen.
Pampers dewasa untuk disabilitas, celana dalam pria dan wanita, handuk, sarung, ikut menjadi barang-barang prioritas yang dibutuhkan mereka.
Adzan Maghrib menghantarkan kepergian kami dari desa Banyubiru. Di sela-sela waktu ibadah, kami haturkan harapan kepada Tuhan agar bencana di negeri ini segera berakhir menjadi kebahagiaan.
Leave a Reply