SUMATRA UTARA (IZI News) – LAZNAS IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) melalui program Layanan Pendampingan Orang Sakit (LAPORS), menjumpai ibu Suaibatul Islamiyah di rumahnya di Jl. Bunga Kardiol, Medan Tungtungan, Kota Medan, Sumatera Utara.
Suaibatul yang akrab dipanggil Suaibah ini merupakan seorang istri dari Siswanto (50) yang rela menarik becak motor untuk menafkahi keluarganya. Suaibah tidak memiliki pilihan lain selain menggantikan suaminya menarik becak motor karena kondisi suaminya yang tidak memungkinkan untuk menarik beca seperti biasanya.
Profesi yang umumnya hanya digeluti oleh kaum pria ini harus dilakoni Suaibah demi memenuhi kebutuhan dan biaya berobat suaminya. Awalnya ia mengaku malu untuk menjadi tukang becak, namun karena keadaan serba sulit memaksa Suaibah untuk melanjutkan pekerjaan ini. Becak motor yang dipakainya adalah becak motor milik suaminya. Beberapa bulan lalu suaminya (Siswanto) jatuh sakit, ia terkena Diabetes. Sakitnya semakin parah, hingga kakinya sudah tidak bisa berjalan seperti biasanya, kulit kakinya membusuk dan mengelupas. Siswanto pun sudah menalani oprasi, akan tetapi masih belum membaik.
Melihat kondisi suaminya demikian, Suaibah memutuskan untuk mengambil alih tanggungjawab keluarga. Keputusan ini sempat dilarang oleh Pak Siswanto, “sudah sempat saya larang, karena saya pun tidak tega membiarkan istri saya panas-panasan,” ujar Siswanto dengan mata berkaca-kaca. Akan tetapi, Siswanto pun tidak bisa mengelak, mereka membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi sebaliknya, sebagai seorang istri, Suaibah pun merasakan kesedihan melihat kondisi suaminya. “Saya selalu berusaha menegarkan hati suami saya, saya bilang tidak apa, insyaallah bisa,” ucap Shaibah kepada Tim IZI dengan air mata yang tidak terbendung lagi. Tangisan kecilnya di depan Tim IZI tidak bisa membohongi situasi yang sekarang Suaibah hadapi, ia hanya berusaha tegar dihadapan suaminya saja.
Pendapatan Suaibatul sebagai tukang becak tentulah tidak pasti. Selain karena sangat bergantung pada jumlah penumpang dan jarak perjalanan. Dalam keterangannya Suaibah pun mengatakan bahwa ia tidak bisa mangkal di tempat tukang biasanya. Wajar saja, sulit baginya mangkal bersama bapak bapak lainnya. Sehingga ia lebih sering mengambil penumpang anak sekolah saja.
Dalam kesedihannya, Suaibatul hanya ingin suaminya sembuh. “Mungkin ini saatnya saya gantian sama suami, sekarang saya yang bekerja. Suami saya ini sangat butuh semangat, makanya saya tidak boleh patah semangat,” tambahnya Suaibah.
(Sahira/IZI Sumut/Editor: Fajri)
Leave a Reply