kia-kira lebih utama, puasa syawal atau membayar utang puasa ramadhan ?
berikut penjelasan dari Biro Kepatuhan Syariah LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) menjawab :
Mengenai puasa sunnah Syawwal, Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan 6 hari puasa Syawwal, (pahalanya) sama seperti puasa selama satu tahun.” (HR Muslim 1164)
Dalam redaksi hadits tersebut, disebutkan kata “atba’a” yang berarti “mengkuti”. Artinya, setelah puasa Ramadhan terpenuhi dengan sempurna, barulah ditambah dengan puasa Syawwal. Hal itu dikuatkan dengan hadist:
وَمَنْ صَامَ تَطَوُّعًا وَعَلَيْهِ مِنْ رَمَضَانَ شَيْءٌ لَمْ يَقْضِهِ، فَإِنَّهُ لَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ حَتَّى يَصُومَهُ
“Barangsiapa yang berpuasa sunnah tetapi dia masih ada tanggungan puasa Ramadhan yang belum di-qadha’, sungguh puasa sunnahnya itu tudak diterima sampai dia (qadha’) puasa Ramadhan.”
(HR Ahmad 8621)
Menurut jumhur ulama’ hadits di atas dha’if, akan tetapi patut dijadikan pelajaran bagi siapa saja yang hendak melaksanakan ibadah sunnah, hendaknya menyempurnakan ibadah wajibnya terlebih dahulu.
semoga ilmunya bermanfaat nya sahabat izi.
Leave a Reply