Bagi anak muda saat ini, bekerja di sektor pertanian khususnya petani umumnya masih dipandang sebelah mata. Bertani identik dengan pekerjaan kasar, kotor, panas, dan berpenghasilan rendah. Akibatnya banyak generasi milenial yang ada saat ini tak tertarik menjadi petani.
Situasi ini perlahan berubah, manakala muncul petani-petani muda yang sukses. Mereka tak hanya memiliki penghasilan yang lebih dari cukup; namun lebih dari itu, bahkan mampu memiliki rumah dan kendaraan yang bagus untuk ukuran anak muda saat ini. Di tambah, anak muda sukses ini begitu mobile hidupnya: bepergian dari satu kota ke kota lain dengan pesawat terbang untuk urusan kerja dan vacation.
Anak-anak muda berjuluk Agropreneur, adalah petani sukses yang bahkan penghasilannya bisa lebih dari 40 juta sebulan. Mereka tumbuh menjadi petani kreatif yang tidak lagi mengandalkan usaha dari menanam padi semata. Di antara mereka kini menanam sayur mayur dengan masa panen-nya bisa 10 kali dalam setahun. Hal ini sangat jauh dibandingkan dengan menanam padi yang setahun-nya hanya 2 kali masa panen.
Agropreneur muda inilah yang digandeng IZI demi mendorong perubahan lebih besar bagi generasi milenial, terutama sekali masuk kembali ke dunia pertanian.
Mengapa menggandeng mereka sebagai pionir?
Alasan ini tak lain ternyata, kunci pendekatan pada generasi milineal adalah panutan; adanya model yang berhasil. Sebuah succes story yang disampaikam oleh sesama mereka yang seusia dan lebih dulu sukses akan menjadi magnet yang sangat kuat untuk generasi ini mendekat dan menjadi bagian dari Agropreneur, tanpa perlu lagi mengeluarkan banyak busa memotivasi atau sekedar menyemangati.
Kesadaran baru untuk hidup sukses dalam gambaran inilah yang kini mereka yakini. Ada kesadaran yang tumbuh bahwa sektor pertanian berhasil membuktikan seseorang bisa sukses dan bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Mengutip data BPS dan identifisikasi Ditjen Hortikultura, potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura mencakup lahan pekarangan seluas 5,33 juta hektare. Dan potensi ini masih sangat terbuka lebar. Salah satu keunggulan bertani sayuran ternyata dalam waktu 20 hari sudah dapat dipanen, dibandingkan dengan padi yang hanya dapat dipanen dua kali,” ujarnya.
Program Pemberdayaan Zakat Inisiatif Zakat yang bertajuk “Smart Farm Akademizi” ini sengaja digagas untuk semakin mendorong generasi milineal masuk dan menjadi bagian penting pengembangan sektor pertanian. Program yang masih bersifat pilot project ini di dukung para petani muda yang berpengalaman, terbukti sukses dan bahkan sudah berprestasi di berbagai tingkatan.
Program ini juga didukung warga masyarakat, hingga kepala Dinas Pertanian Tangerang. Lokasi ini berada di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang. Direktur IZI, Pak Wildhan Dewayana, sangat mendukung program ini terus dikembangkan dan diperluas, agar penerima manfaat semakin banyak.
Sudah saatnya, anak-anak muda Indonesia menguatkan akar kejayaan sektor agraris dan perlahan menggantikan para petani senior yang kini semakin berkurang jumlahnya. Anak-anak muda ini bisa lebih adaptif terhadap teknologi dan responsif menghadapi perubahan.
Sektor pertanian terkini membutuhkan para petani yang adaptif inovasi karena inovasi dan teknologi dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Untuk itulah IZI berkomitmen mendorong dan membekali anak muda yang turun ke sektor pertanian. (Nana Sudiana, Direktur Pendayagunaan IZI)
Leave a Reply