BANDUNG – Silmi Maulida (3 thn), putri ke-4 dari pasangan Burhanudin dan Siti Masitoh ini harus berjuang melawan penyakitnya, Cerebral Palsy. Bocah kelahir Garut, 22 Desember 2017 ini merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara. Bersama ke-5 anaknya Burhan tinggal di Kp. Urug, RT.02, RW. 01, Kel. Panembong Kec. Bayongbong, Kab. Garut.
Anak pertamanya bernama Fitri, yang kedua bernama Ilham, usia Fitri dan Ilham hanya selisih 14 bulan, keduanya duduk di bangku SMP. Sementara anak ketiganya bernama Gilang, 9 tahun, duduk di bangku SD. Si bungsu yang masih balita bernama Qurrota.
Burhan bekerja sebagai penjual ayam goreng tepung, penghasilan yang didapat setiap harinya harus ia bagi dengan pemilik dagangan. Tanggungjawab Burhan sebagai suami dan ayah dari kelima anaknya menjadi pemacu baginya untuk terus bekerja keras demi memenuhi semua kebutuhan keluarga dan sekolah anak-anaknya.
Belum lagi harus memikirkan pengobatan Silmi yang semenjak lahir memang Silmi mengalami kelainan. “Semenjak lahir, Silmi memang berbeda dari anak saya lainnya. Pertama ia lahir dokter mengatakan, ada kelainan di matanya, terdapat bercak putih di bagian bola matanya. Orang-orang biasa menamainya dengan mata kucing,” terang Burhan menceritakan pada tim IZI.
Menurut keterangan Siti, istri Burhan, dirinya tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami anaknya tersebut. “Waktu itu, dokter hanya menyampaikan, ibu dan bapak tidak perlu khwatir, karena ini tidak berbahaya,” ujar Siti.
Kejanggalan pun mulai nampak, kata Siti, pada saat Silmi berusia 4 bulan, di usia kesekian, bayi pada umumnya sudah bisa miring dan tengkurep, hal ini yang tidak terjadi pada Silmi. “Saya dan suamipun merasa khawatir, kita bawa Silmi ke bidan,” tutur Siti.
Pada akhirnya, penyakit Silmi diketahui setelah dibawa ke dokter spesialis anak. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, dokter mendiagnosis Silmi menderita Cerebral Palsy, kelainan pada gerakan otot atau postur. Hingga di usia 3 tahun 7 bulan ini, Silmi masih belum bisa berjalan dan berbicara.
Duka yang dialami Burhan dan keluarga semakin memuncak ketika diketahui di sekitar mata dan kepala belakang Silmi terdapat benjolan kecil. Selang beberapa hari setelah dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, kedua mata dan benjolan di kepala silmi semakin membesar.
Dokterpun menyarankan untuk diperiksa ke Rumah Sakit Cicendo. Burhan dan Siti kebingungan untuk biayanya, karena selain untuk biaya pengobatan, Burhan juga harus memikirkan biaya makan dan tempat tinggal selama masa pengobatan. Pada saat demikian, ada salah seorang yang mengarahkan untuk tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI.
Saat ini, Silmi dan keluarga tinggal di RSP IZI-YBM PLN di Bandung. “Saya merasa terbantu dengan adanya RSP IZI, sudah diperbolehkan tinggal gratis, saya juga tidak khawatir memikirkan biaya makan. Saya bisa lebih fokus mengurus pengobatan Silmi,” tutup Burhan. (Risniati/IZI Jabar/Editor: Fajri).
Leave a Reply