Agama itu sepenuhnya ialah akhlak, barang siapa yang bertambah akhlaknya terhadapmu niscaya bertambah pula agamanya terhadapmu. Ada pula yang mengatakan, “Akhlak yang baik ialah mencurahkan kebaikan dan menahan diri dari sesuatu yang buruk.”
Berbicara mengenai akhlak dasar, akhlak yang baik ditegakkan di atas empat rukun (pilar), yang tidak dapat ditegakkan kaki-kakinya kecuali di atasnya yaitu: sabar, ‘iffah (menjaga diri dari yang terlarang), berani, dan adil. Sabar akan menjadikannya tabah, mampu menahan marah, mampu menahan diri dari menyakiti orang lain, penyantun, tenang, lemah lembut, tidak gegabah dan tidak tergesa-gesa.
‘Iffah akan menjadikan seseorang menjauhi segala kehinaan dan keburukan dalam perkataan dan perbuatan, dan menjadikannya pemalu yang merupakan pangkal semua kebaikan, serta akan mencegahnya dari berbuat keji, bakhil, dusta, mengumpat, dan mengadu domba.
Berani akan mendorongnya untuk berjiwa besar, lebih mengutamakan moralitas dan sifat-sifat luhur, berkorban, pemurah, yang merupakan keberanian dan kekuatan jiwa untuk mengeluarkan dan melepaskan sesuatu yang dicintainya, dan mendorongnya untuk menahan marah serta penyantun. Inilah hakikat keberanian yang merupakan karakter di mana dengan sifat itu seseorang mampu mengalahkan lawannya.
Adil akan mendorongnya untuk bersikap seimbang dalam akhlaknya, dan mendorong bersikap tengah-tengah antara berlebih-lebihan dan mengabaikan. Oleh karena itu, adil ini akan mendorongnya bersifat pemurah dan dermawan, yang merupakan sikap tengah-tengah antara kehinaan dan kelancangan, dan mendorongnya bersikap pemberani yang merupakan sikap tengah-tengah antara penakut dan ceroboh, juga mendorongnya kepada sikap santun yang merupakan sikap tengah-tengah antara marah dan rendah diri.
Ibnul Qayyim Al-Jauziah. 2010. Intisari Madarijus Salikin Jenjang Spiritual Para Penempuh Jalan Ruhani jilid 2. Rabbani Press: Jakarta. hlm. 66
Leave a Reply