Sulung dari empat bersaudara pasangan Rudi Prayoga dan Salisna Rosa itu adalah anak yang pintar, ceria, dan aktif. Namun sedihnya, ia didiagnosa menderita lupus ketika menginjak usia delapan tahun.
Rafdika (11), namanya. Si sulung itu menderita penyakit yang asing di telinga masyarakat Maninjau, Sumatera Barat. Hal ini tentu menggemparkan keluarga dan masyarakat Kampung Buya Hamka tersebut.
Lupus merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sel-sel di dalam tubuh penderitanya justru menyerang jaringan tubuhnya sendiri.
Dampak dari lupus dapat menyerang bagian kulit, sendi, ginjal, hingga bagian otak. Awal mula gejala, Rafdika sering merasa kelelahan, nyeri di persendian, demam tinggi dan munculnya ruam-ruam merah di kulit.
Karena keterbatasan biaya, orang tua Rafdika hanya mampu membawanya berobat kampung. Selama itu pula kondisi Rafdika tak kunjung membaik. Barulah, dengan bantuan biaya transportasi dan keperluan lainnya dari keluarga, dika dibawa berobat ke rumah sakit.
Lupus Tak Kurangi Keceriaan Rafdika
Penyakit yang diderita Rafdika tidak menghilangkan keceriaannya sehari-hari. Si sulung yang ceria itu selalu memiliki semangat lebih dan aktif bermain bersama teman-temannya.
Di balik itu, lupus juga tak menyerah gerogoti tubuh Rafdika. Akibat kondisi tersebut, lupus menyerang sistim saraf pusat yang mengakibatkannya tak lagi mengenal diri serta lingkungan sekitar.
Kesabaran kedua orang tua dika dalam menghadapi ujian ini tidak sampai di situ, karena kondisi dan prilaku Rafdika yang emosional tidak sedikit masyarakat mengira ia mengalami gangguan jiwa. Namun, orang tua Dika tidak menyerah dan tetap optimis untuk kesembuhan anaknya.
Tiga tahun pengobatan yang telah dijalani berlalu tanpa keluh kesah. Sadar akan penyakit ini datangnya dari Allah, dan hanya IA Sang Penyembuh, membuat kedua orang tua Dika terus sabar dan berdoa demi kesembuhan anaknya.
Penghasilan Ayah Dika hanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari dari budidaya keramba ikan di Danau Maninjau, karena ikan yang di hasilkan tidak sesuai standar pasar, hal ini disebabkan keterbatasan modal untuk pembelian pakan ikan.
Sementara Dika harus berobat rutin ke kota Padang yang memerlukan biaya transportasi besar. Tentu hal ini sangat menyulitkan keluarga, apalagi untuk pengobatan.
Alhamdulillah dengan adanya bantuan dan donasi berupa susu dapat membantu kesehatan Rafdika dan meringankan beban orang tua.
“Terima kasih atas kebaikan sahabat sekalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan hidup kita, sebagaimana kita membantu memudahkan hidup orang lain,” terang Tim Penyalur IZI Sumatera Barat.
Leave a Reply