Kembar Bersaudara ini harus menjalani masa kecilnya dengan sangat memprihatikan. Adalah Nindya dan Nandya mulai dari masih sekolah SD sampai SMA, harus bersabar ketika ditagih uang sekolah karena menunggak biaya sekolah.
Cobaan yang dialami kembar bersaudara ini tidak sampai di situ. Saudaranya yang paling kecil menderita penyakit yang membuat mereka makin sedih menyadari kondisi keluarga.
Nindya dan Nandya memiliki saudara bungsu bernama Erindo Ambara Putra. Saudaranya paling kecil itu menderita jantung bocor, gizi buruk, dan komplikasi penyakit lainnya.
Keduanya mengerti bahwa keluarga mereka membutuhkan banyak pengeluaran, terutama bagi saudara mereka yang dirundung masalah kesehatan.
Ayah si kembar hanyalah seorang kuli bangunan yang hanya mendapatkan uang ketika proyek berjalan. Sedangkan sang ibu, Santunan (43), seorang ibu rumah tangga biasa.
Pengakuan Ibu dari Kembar Bersaudara
Tak pelak orang tua mereka membutuhkan biaya yang cukup besar. Ibu dari saudara kembar, Santunan (43) mengaku, bahwa untuk pengobatannya buah hatinya butuh biaya yang sangat besar. Namun di sisi lain ia orang tak mampu.
“Kami bingung dengan pembiayaan ini. Tapi kami tak putus asa. Tetap akan berusaha,” katanya matanya sambil berkaca-kaca.
Sakit yang diderita si bungsu berakibat pada biaya pendidikan kedua kakaknya. Dimana keduanya harus menunggak uang sekolah.
“Pendidikan itu sangat penting mas, meskipun kita sadar saya dan suami penghasilannya sedikit tapi jangan sampai anak-anak tidak melanjutkan sekolah,” terangnya.
Ia bersama suaminya berusaha keras membiayai anaknya agar bisa melanjutkan pendidikan. Biasanya awal sekolah mulai, mulai anaknya yang masih SD SMP dan SMA, gantian bayarnya uang sekolah. “Dari pembayaran kakaknya, kalau lunas terus bayar untuk adiknya,” imbuhnya.
Suaminya, kata dia, hanya bekerja sebagai kuli bangunan yang akhir-akhir ini tidak setiap hari bekerja karena wabah virus corona.
“Rata-rata penghasilannya tidak tetap mas. Kalau gak kerja kita biasanya makan dibayarin ibu mertua mas,” jelasnya sambil menangis
Ia sendiri tidak bekerja karena menjaga anak yang bungsu, yang belum bisa ditinggal sama sekali. Namun uang tunggakan sekolah kedua anaknya mencapai 6 juta rupiah. Agar lunas, mereka membutuhkan bantuan pihak lain.
Hal itu sampai juga ke meja Layanan Mustahik Inisiatif Zakat Indonesia. Si kembar pun mendapatkan mendapatkan bantuan dari IZI Jawa Timur yang menggandeng Yayasan Baitul Maal PLN.
“Alhamdulillah mas, saya tidak pernah menyangka tunggakan uang sekolah anak saya bisa lunas. Awalnya saya bingung mas, mau bayar pakai apa, karena kondisi sekarang kita tidak ada pemasukan. Saya sangat berterimah kasih kepada pihak IZI dan YBM PLN yang ikut membantu keluarga kami dalam pembayaran uang sekolah anak kami,” ucapnya.
Sementara Helmy selaku kepala perwakilan IZI Jawa Timur berharap dengan adanya bantuan ini, Nindya dan Nandya bisa melanjutkan sekolahnya tanpa berpikir tentang uang tunggakan sekolah yang belum dibayar.
“Terimakasih kepada seluruh muzakin dan amil YBM PLN UP3 Surabaya Selatan, yang telah membantu melunasi pembayaran uang sekolah mereka, semoga di catat sebagai amal yang mempermudah urusan dunia dan akhiratnya,” harapnya. (PDG/IZI Jatim/Ed)
Leave a Reply