Berbagi koneksi menjadi solusi program belajar jarak jauh yang tengah berlaku di tengah pandemi Covid-19. Di balik kelebihan dan kekurangannya, tak dipungkiri bahwa pelajar dari golongan dhuafa dengan berbagai cara mencari solusi kebutuhan mereka menjalani Pembelajaran Jarak Jauh.
Jaringan internet adalah kunci dari suksesnya para pelajar menjalani pembelajaran tersebut. Mulai dari bantuan pulsa, kuota internet dan perlengkapannya sudah dijalani oleh segenap dermawan maupun pihak pemerintah.
Namun ada fakta di lapangan, dimana para pelajar dhuafa itu meminjam paket internet temannya, atau dengan berbagi koneksi jaringan internet dalam berbagai perangkat.
Oleh karenanya, mahasiswa tahfiz binaan IZI Jawa Timur mengusulkan adanya program berbagi koneksi internet demi memudahkan para pelajar dhuafa di lingkungan sekitar menjalani pembelajaran secara daring.
Ide ini kemudian disetujui pihak Inisiatif Zakat Indonesia perwakilan Jawa Timur. Para santri tahfiz binaan itu pun segera melakukan pendataan siswa-siswa dari golongan dhuafa yang belum mendapatkan bantuan serupa.
Program berbagi koneksi internet ini mereka beri nama “Bantuan WiFi, Cerdaskan Dhuafa”. Alat router WiFi dipasangkan di gedung Lembaga Pendidikan Bahasa Arab (LPBA) Muyassaroh yang berada di Nyamplungan Gg.4, No.49, Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Berdiri sejak tahun 2007, LPBA Muyassaroh memiliki tekad yang kuat untuk tetap memberikan manfaat walau pandemi Covid-19 tak juga kunjung berakhir.
“Kondisi lingkungan yang sempit membuat jangkauan sinyal kurang maksimal, belum lagi kami harus mengatur pengeluaran untuk belanja kuota bagi ustadz dan para murid yang perlu koneksi daring,” ujar Mudhollafi (46), selaku ketua lembaga.
Selain pemasangan router WiFi di lingkungan yayasan, para santri tahfiz tersebut menyalurkan bantuan tambahan berupa paket kuota internet yang dapat digunakan selama 3 (tiga) bulan kepada pelajar dhuafa.
“Semua pertemuan telah ditakdirkan, melalui program berbagi koneksi WiFi untuk LPBA Muyassaroh ini telah memberi tambahan kekuatan semangat mengajar bagi kami,” imbuh Mudhollafi lagi.
Terbatasnya ruang belajar membuat santri tidak semuanya tinggal di asrama. Beberapa dari mereka ada yang belajar dari rumah.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang percepatan menghafal, memahami, dan memaknai Al Qur’an, LPBA Muyassaroh mulai dilirik banyak orang.
Untuk belajar offline LPBA Muyassaroh bisa menampung sampai 50 siswa dan online sekitar lebih kurang 100 siswa saat ini. Untuk itu Tim IZI Jatim juga memberi kuota belajar bagi santri untuk belajar di rumah.
Sebagai tali penyambung silaturahmi para pengajar LPBA Muyassaroh juga berniat melakukan kolaborasi terkait program belajar Qur’an dengan Rumah Inisiatif Mahasiswa Tahfidz di Sidoarjo.
Para pengurus LPBA Muyassaroh mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah memberikan bantuan memperlancar koneksi saat pandemi.
“Terima kasih kepada IZI dan para donatur yang budiman. Semoga dengan program semacam ini ukhuwah islami tetap terjaga dan senantiasa belajar di mana pun kita berada. Karena jika anak bangsa ini cerdas maka bangsa ini pun lebih berkualitas,” pungkasnya. (Yusuf/IZIJatim)
Leave a Reply