Xeroderma pigmentosum menjadikan kulit Neti Herawati (22) bermanifestasi kemerahan, kering dengan bintik-bintik kehitaman. Kulitnya rentan dengan paparan sinar matahari.
Penyakit kulitnya itu kini berefek ke organ mata. Penglihatan Neti menjadi kabur dan hanya terlihat bayang-bayang merah sepanjang ia memandang.
Warga berdomisili Toboh Nagari, Sikucua, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman, itu menderita penyakit kulit yang cukup langka. Penyakitnya itu ia dertia semenjak dirinya menginjak usia 3 (tiga) bulan.
Saat pertama kali menderita xeroderma pigmentosum, suhu tubuhnya meningkat tinggal disertai timbulnya bercak-bercak hitam di seluruh tubuh.
Menginjak kelas 5 SD, Neti mulai mengalami luka koreng di bagian wajah. Pada tahun 2011, penyakit yang dideritanya berdampak parah. Hal ini mengakibatkan perempuan itu putus sekolah.
Neti sempat dibawa berobat ke rumah sakit di Kota Padang. Akibat tak mampu memenuhi perjalanan berobat ke rumah sakit, prosesnya terhenti. Kedua orangtuanya tak sanggup memenuhi biaya pengobatan anak gadisnya tersebut.
Meski kedua orangtua Neti telah pasrah, dukungan dari warga kampung sekitar datang mengalir kepadanya. Banyak pihak yang peduli akan kondisi Neti yang menderita penyakit kulit langka.
Atas bujukan warga kampung, orang tua sang gadis pun luluh. Setelah beberapa lama berdiam diri di rumah, Neti sekarang sudah berada di Kota Padang untuk menjalani pengobatan lebih lanjut.
Salah satu warga yang peduli dengan nasib Neti menghubungi perwakilan Inisiatif Zakat Indonesia di Sumatera Barat. Tim asesmen segera bergerak ke kediaman gadis tersebut.
Dukungan masyarakat sekitar dan peran aktif lembaga zakat seperti halnya IZI Sumatera Barat menumbuhkan optimisme kedua orangtua Neti. Mereka berharap anak gadisnya dapat sembuh secepatnya.
Atas dukungan dari berbagai pihak, Neti beserta orang tuanya mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih. Mereka tak menyangka bahwa dunia tak sekejam berita yang beredar.
Leave a Reply