Motivasi berburu pahala puasa akan berlipat apabila dilakukan secara bersama, terutama dengan keluarga sendiri. Sebabnya, rumah tangga bagi muslim dan muslimah tidak hanya sehidup semati, tetapi juga sehidup sesurga (Q.S. Ath-Thuur: 21). Keluarga Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh kepada kita, bagaimana suasana keluarga mereka saat Ramadhan. Apabila memasuki sepuluh malam terakhir, Nabi ﷺ mengencangkan ikat pinggangnya, membangunkan keluarganya, dan menghidupkan malam harinya dengan beribadah.
Untuk menjadi keluarga perindu surga, selayaknya para suami atau istri tidak hanya beribadah masing-masing saja. Selain itu, pasutri juga berupaya menjadi partner spiritual yang saling mengingatkan satu sama lain, karena niat yang sama, ingin bertemu di surga.
Di sirah nabawiyah, terdapat kisah bagaimana kala Nabi ﷺ i’tikaf. Istri-istrinya untuk mendapatkan bagian pahala, berupaya mendukung penuh logistik Nabi ﷺ dalam menjalankan i’tikaf, mulai dari pakaian hingga persediaan makanannya.
Di samping itu, ada sahabat dari kalangan Anshar yang bernama Rubayyi’ binti Mu’awwidz yang biasa membuatkan mainan untuk anak-anaknya. Ia melatih anak-anaknya berpuasa, di mana ketika mereka merasa lapar dan haus, ia mengajak mereka bermain sampai terlupa akan rasa lapar dan hausnya hingga tiba waktu berbuka.
Begitulah ciri orang beriman, para keluarga perindu surga yang merasa takut bila sampai ada anggota keluarganya lalai dan alpa dalam ibadahnya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: Mutiara Ramadhan ~ Keluarga Perindu Surga (Ustadz Dr. Agus Setiawan, Lc., M.A.)
Leave a Reply