Oleh: Ustaz M. Suharsono, Lc., M.E., Sy.
(Ketua Biro Kepatuhan Syariah IZI)
Kalimat ini sudah tidak asing lagi bagi kita, rest area adalah sebuah tempat peristirahtan sejenak. Rest area biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai tempat istirahat, pengisian bahan bakar, restauran, kedai-kedai makanan dan minuman, toilet serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.
Bagi seseorang yang dalam perjalanan, ia perlu untuk singgah di rest area untuk sekadar berisitrahat sejenak atau mengisi bahan bakar. Sebagaimana dengan namanya, ia hanya tempat perisitrahatan sejenak, walaupun banyak fasilitas yang ditawarkan dan nyaman tapi rest area bukanlah sebuah tujuan.
Bagi seorang muslim kehidupan ini adalah sebuah perjalanan menuju akhirat, terkadang ia perlu istirahat sejenak di “rest area” kemudian melanjutkan kembali perjalanannya menuju tujuan yang sebenarnya yaitu kerdihoan Allah swt dan Surga-Nya.
Rest Area bagi seorang muslim adalah tempat berhenti sejenak, mengevaluasi diri dan menambah perbekalan kemudian melanjutkan perjalanan.
Rasulullah saw bersabda: Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.” (HR Bukhari).
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Dunia bagi seorang mukmin bukanlah negeri untuk menetap, bukan sebagai tempat tinggal. Hendaklah seorang mukmin berada dalam salah satu keadaan: (1) menjadi seorang gharib (orang asing), tinggal di negeri asing, ia semangat mempersiapkan bekal untuk kembali ke negeri tempat tinggal sebenarnya; (2) menjadi seorang musafir, tidak tinggal sama sekali, bahkan malam dan siangnya ia terus berjalan ke negeri tempat tinggalnya. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma agar hidup di dunia dengan salah satu dari dua keadaan ini.” Ibnu Rajab juga berkata, “Jika seseorang semangat dalam mempersiapkan bekal safarnya, tentu semangatnya bukan memperbanyak kesenangan dunia.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:381)
Nabi saw juga bersabda: “Allah artinya dunia bagiku ? apa urusanku dengan dunia ? sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini adalah bagaikan seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sejenak) kemudian meninggalkannya.” (HR. Ahmad)
Ali Bin Abi tahlib berkata: “Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hari hisab (hari setiap amal dibalas oleh Allah swt), sedangkan nanti aadalah hari hisab bukan hari amal.”(Ibnu Rajab, Jami Al-úlum wal hikam).
Wallahua’lam
Leave a Reply