Sahabat IZI, belakangan ini muncul kekhawatiran mengenai penggunaan peralatan masak berbahan aluminium yang banyak dikatakan berbahaya bagi kesehatan, terutama berisiko pada gangguan saraf hingga penyakit kronis lain, apakah benar demikian?
Dibanding stainless, alumunium cenderung lebih tipis dan tidak terlalu berat karena terbuat dari logam ringan. Karena kemampuannya yang muda menghantarkan panas dan harganya relatif terjangkau, membuat alat masak alumunium dipilih oleh banyak orang.
Meski demikian, lumunium reaktif jika bersentuhan dengan makanan yang bersifat asam atau tinggi garam. Dalam kondisi itu, sebagian kecil ion alumunium bisa larut ke dalam makanan. Hal itulah yang memicu banyak kekhawatiran bahwa menggunakan alat masak alumunium bisa berdampak bagi kesehatan terutama jika terakumulasi dalam tubuh dalam jangka panjang.
Beberapa penelitian memang mengaitkan paparan tinggi aluminium dengan peningkatan risiko penyakit seperti Alzheimer atau gangguan ginjal. Sebuah studi yang dilakukan oleh Departemen Makanan dan Nutrisi di Universitas MS, India, menunjukkan adanya kemungkinan peningkatan akumulasi aluminium dalam tubuh jika sering menggunakan peralatan masak berbahan ini, terutama untuk makanan yang dipanaskan pada suhu tinggi atau dalam kondisi tertentu. Namun, penting untuk dicatat bahwa belum ada bukti kuat yang secara langsung menyatakan bahwa aluminium dari alat masak dapat menyebabkan penyakit serius.
Menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), jumlah aluminium yang diserap tubuh dari makanan dan minuman sebenarnya sangat kecil. Hanya sekitar 0,01 hingga 5 persen dari total aluminium yang masuk ke tubuh yang benar-benar terserap ke dalam sistem pencernaan. Artinya, meskipun kita mengonsumsi makanan yang dimasak meggunakan alat berbahan alumunium, sebagian besar tidak akan masuk ke aliran darah dan akan dikeluarkan kembali melalui sistem ekskresi dalam tubuh.
Paparan aluminium yang signifikan lebih sering terjadi pada para pekerja yang berhubungan langsung dengan aluminium, seperti pekerja industri logam. Dalam kondisi seperti ini, penumpukan aluminium lebih besar terjadi melalui jalur pernapasan, terutama jika seseorang terpapar debu aluminium dalam jumlah besar tanpa perlindungan yang memadai. Oleh karena itu, dibandingkan dengan penggunaan alat masak aluminium, risiko terbesar justru berasal dari lingkungan kerja yang memiliki kandungan aluminium tinggi.
Secara keseluruhan, penggunaan alat masak aluminium dalam kondisi normal tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan ya Sahabat IZI. Untuk meminimalkan risiko, hindari memasak makanan yang sangat asam atau asin dalam wadah aluminium yang tidak dilapisi. Sebagai alternatif, peralatan berbahan stainless steel atau keramik dapat menjadi pilihan lebih aman. Yang terpenting, tetaplah menggunakan peralatan masak dengan bijak dan tidak terjebak dalam ketakutan yang belum memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Penulis : Ayu L Mukhlis
Sumber : Halodoc | Wikihow.com | Greenhive.io
Leave a Reply