Banyak orang mendambakan pernikahan yang tenang, penuh keberkahan, dan berjalan dalam ridha Allah. Namun ironisnya, jalan menuju pernikahan justru sering ditempuh dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam—salah satunya melalui pacaran. Di tengah budaya modern yang membiasakan hubungan tanpa ikatan, ta’aruf hadir sebagai alternatif yang kerap disalahpahami, padahal justru inilah jalan yang lebih terjaga.
Apa Itu Ta’aruf?
Secara bahasa, ta’aruf berarti saling mengenal. Dalam konteks pernikahan, ta’aruf adalah proses perkenalan yang dilakukan secara serius, terarah, dan dalam koridor syariat Islam. Tujuannya bukan untuk menjalin hubungan jangka panjang tanpa kepastian, tetapi untuk menilai kecocokan sebagai pasangan hidup dengan niat menikah.
Ta’aruf berbeda dari pendekatan konvensional karena melibatkan prinsip transparansi, keterbukaan, dan pendampingan. Biasanya, proses ini diawasi oleh pihak ketiga yang bisa dipercaya—baik itu keluarga, ustaz, maupun pihak lembaga perantara.
Menikah Tanpa Pacaran: Bukan Tabu, Tapi Tuntunan
Bagi sebagian masyarakat, pernikahan tanpa pacaran masih dianggap sesuatu yang ‘tidak biasa’—bahkan tabu. Padahal, dalam Islam, justru inilah cara yang lebih terjaga. Menikah tanpa pacaran menghindarkan pasangan dari hubungan yang emosional tanpa ikatan, menjaga kesucian hati, dan mempercepat proses menuju pernikahan yang sah.
Pacaran sering kali memupuk ekspektasi yang tidak realistis, dan tidak jarang menyebabkan luka batin. Sementara itu, ta’aruf menekankan pada kesesuaian nilai, visi hidup, dan tanggung jawab sebagai suami istri.
Bagaimana Cara Mengenal Calon Pasangan?
Proses ta’aruf bukan sekadar bertukar biodata. Ini adalah fase pengumpulan informasi secara jujur dan terbuka. Beberapa hal yang dibahas dalam ta’aruf biasanya meliputi:
- Latar belakang pribadi dan keluarga
- Kondisi ibadah dan keagamaan
- Cita-cita dan visi pernikahan
- Kondisi finansial dan pekerjaan
- Riwayat kesehatan fisik maupun psikis
- Batasan-batasan pribadi yang perlu dihargai
Proses ini bisa dilakukan melalui pertemuan formal (dengan pendamping), sesi tanya jawab tertulis, atau saling bertukar CV ta’aruf.
Isi CV Ta’aruf: Apa Saja yang Dicantumkan?
CV ta’aruf bukan sekadar daftar riwayat hidup biasa. Dokumen ini menjadi alat bantu untuk mengenal seseorang secara utuh dari sisi yang relevan untuk kehidupan rumah tangga. Berikut ini beberapa poin penting yang biasanya ada dalam CV ta’aruf:
- Identitas Diri
- Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, domisili
- Status pernikahan (lajang, duda/janda)
- Kontak (biasanya disertakan perantara, bukan langsung ke pribadi)
- Latar Belakang Keluarga
- Data orang tua dan saudara kandung
- Kondisi keluarga (utuh, bercerai, dsb.)
- Nilai-nilai yang dianut dalam keluarga
- Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan
- Pendidikan formal dan nonformal
- Pekerjaan saat ini, penghasilan, dan rencana karier ke depan
- Ibadah dan Aktivitas Keagamaan
- Kebiasaan ibadah wajib dan sunnah
- Kegiatan keislaman (kajian, komunitas, dsb.)
- Visi Misi Pernikahan
- Tujuan menikah
- Harapan terhadap pasangan
- Gaya komunikasi dan pengambilan keputusan
- Gaya Hidup dan Preferensi
- Minat dan hobi
- Prinsip hidup
- Pandangan soal peran gender, pendidikan anak, dll.
- Riwayat Kesehatan
- Kesehatan fisik (bisa dilampirkan hasil medical check-up)
- Kesehatan mental dan riwayat penyakit serius (jika ada)
- Pertanyaan untuk Calon
- Disarankan mencantumkan pertanyaan yang ingin diajukan kepada calon pasangan, sesuai nilai dan prioritas pribadi.
CV ta’aruf bukan jaminan seseorang pasti cocok sebagai pasangan, tapi ini adalah langkah awal untuk membangun pernikahan yang realistis, terarah, dan diridai. Ta’aruf membantu kita fokus pada hal-hal yang substansial, bukan sekadar perasaan sesaat. Dengan proses yang tepat dan niat yang lurus, insyaAllah pernikahan yang dibangun akan lebih kokoh, karena berdiri di atas landasan ilmu, iman, dan kejujuran.
Ayu L Mukhlis
Leave a Reply