IZI-ers, pernah merasakan pahitnya kebangkrutan? Saat harta yang awalnya kita miliki, tiba-tiba menghilang begitu saja. Entah karena kegagalan bisnis, musibah seperti kebanjiran, kecelakaan, kebakaran, perampokan, ataupun karena bencana alam. Biasanya ada rasa sedih, kecewa, dan mungkin putus asa yang berkelebat di benak. Namun, singkirkanlah perasaan negatif tersebut, mari teladani salah seorang sahabat Rasulullah yang telah dijamin masuk surga berikut ini, Abdurrahman bin ‘Auf.
Saat akan berhijrah ke Madinah, seluruh kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf dirampas oleh penguasa kaum Quraisy, sehingga ia datang ke Madinah tanpa membawa harta sama sekali. Bayangkan betapa berbedanya orang yang awalnya memiliki harta melimpah, tiba-tiba tak memiliki apapun.
Di Madinah, Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam mempersaudarakan orang-orang yang berhijrah (muhajirin) yang kebanyakan pedagang, dengan orang-orang asli Madinah yang mayoritas petani. Abdurrahman bin ‘Auf dipersaudarakan dengan seorang hartawan di Madinah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia menyatakan bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf pernah dipersaudarakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’ Al-Anshari. Ketika itu Sa’ad Al-Anshari memiliki dua orang istri dan memang ia terkenal sangat kaya. Lantas ia menawarkan kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf untuk berbagi dalam istri dan harta. Artinya, istri Sa’ad yang disukai oleh ‘Abdurrahman akan diceraikan lalu diserahkan kepada ‘Abdurrahman setelah ‘iddahnya.
Mendapat tawaran luar biasa ini, sikap ‘Abdurrahman bin ‘Auf sungguh tidak disangka-sangka, ketika itu ia menjawab, “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu. Cukuplah tunjukkan kepadaku di manakah pasar.”
Abdurrahman bin ‘Auf menolak penawaran menggiurkan dari saudara Anshornya tersebut, dan lebih memilih untuk berdagang kembali dari nol. Ia memang seorang pebisnis yang handal. Dengan modal secukupnya ia berjualan keju dan minyak samin di pasar Madinah.
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam sangat menghargai kemandirian Abdurrahman bin Auf dalam hal ekonomi. Rasulullah bersabda, “Seorang yang mencari kayu lalu memanggulnya lebih baik daripada orang yang mengemis yang kadangkala diberi atau ditolak.” (H.R. Bukhari)
Pesan ini membuat seluruh Muslimin yang ada di Madinah bangkit dan bekerja menjadi petani, pedagang, dan buruh. Tidak ada seorang pun yang menganggur.
Yang menarik, saat Abdurrahman bin ‘Auf pergi ke pasar, ia tak hanya berdagang… namun ia mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mall.
Kemudian Abdurrahman memiliki ide kreatif, ia meminta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila mereka mendapat keuntungan dari berdagang di sana, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Tentu saja para pedagang gembira karena biaya operasional mereka bisa berkurang banyak, maka para pedagang itu pun berbondong pindah ke pasar yang dikembangkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf.
Keuntungan para pedagang di pasar baru itu menjadi berlipat, tentu saja… karena berkurangnya biaya operasional membuat harga bisa ditekan, pembeli ramai, maka dari keuntungan itulah Abdurrahman bin ‘Auf mendapat bagi hasil. Tak memerlukan waktu lama baginya untuk kembali memiliki harta dan keluar dari kebangkrutannya.
Kegigihannya dalam berdagang seperti yang beliau ungkapkan sendiri, “Aku melihat diriku kalau seandainya akau mengangkat sebuah batu aku akan mendapatkan emas atau perak.”
Berkaca dari apa yang dialami Abdurrahman bin ‘Auf, kita bisa merasakan spiritnya, bangkit dari keterpurukan dan menolak untuk sekadar berpangku tangan menerima kebaikan dari orang lain. Ia tidak takut untuk memulai kembali dari titik nol, dan mendayagunakan segala kesungguhan dan kreativitasnya untuk menafkahi diri, keluarga, dan kembali menjadi kaya raya seperti semula.
Semoga kisah teladan ini menginspirasi kita untuk tidak takut berusaha dari nol. (SH)
Leave a Reply