“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, “Harta apa saja yang kalian nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kalian buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah: 215)
IZI-ers, ironis sekali jika kita bersedekah dalam jumlah besar untuk orang lain namun ternyata keluarga sendiri masih ada yang memerlukan bantuan. Nyatanya untuk bersedekah pun ada prioritas yang perlu kita perhatikan.
Dalam ayat di atas kita bisa mengetahui bahwa ibu, bapak, dan kaum kerabat kita merupakan prioritas yang perlu diutamakan terlebih dulu jika kita ingin bersedekah, terutama jika orangtua kita sudah amat tua dan tidak lagi memiliki penghasilan.
Miris sekali jika kita membiarkan orangtua yang sudah lemah dan tua tetap mencari nafkah untuk menghidupi diri mereka sendiri, padahal kita sebagai anaknya memiliki kelebihan harta dan bahkan kita sering menyedekahkan harta untuk orang-orang fakir, miskin, dan anak yatim. Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa terjadi?
IZI-ers, hati-hati terhadap virus pamer atau pencitraan… tidak sedikit orang yang bersedekah pada orang lain sekadar untuk pencitraan dirinya sendiri, agar terlihat dermawan, agar terliput di sosial media, padahal di antara keluarganya masih ada yang berhak atas harta sedekahnya tersebut, pada siapakah keluarganya bisa meminta bantuan selain dari kerabatnya sendiri? Tahukah bahwa di padang mahsyar kelak bisa jadi karib kerabat menuntut hak mereka dari kita. Astaghfirullah…
Hadits di bawah ini turut menjelaskan prioritas dalam bersedekah, bahwasanya kita perlu mulai sedekah dari tanggungan kita sendiri, baru kemudian jika masih memiliki sisa kelebihan rezeki, kita dapat memberikan untuk orang lain yang tak ada hubungan darah:
“Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda,’Bersedekahlah! Seseorang menanggapi,’Ya Rasulullah, saya memiliki satu dinar (rezeki)’. Rasul berkata,’Bersedekahlah untuk dirimu’. Ia berkata,’saya masih punya sisanya’. Kata Rasul,’berikan kepada istrimu’. Ia berkata,’masih ada yang lain’. Kata Rasul,’berikan kepada anakmu!’ Masih ada yang lain’. Kata Rasul,’berikan kepada pelayanmu!’ Masih ada yang lain’. Rasul berkata,’Terserah kamu (kamu lebih tahu)”. Sunan An-Nasa’i, hadist no.(2534) 5/66.
Mengapa mengutamakan keluarga dan kerabat dalam bersedekah? Karena ada nilai tambah yang bisa kita peroleh dari sedekah tersebut:
“Sedekahmu kepada sesama muslim adalah bernilai sedekah, sementara kepada kerabat bernilai sedekah dan ikatan tali persaudaraan”. (HR.Ath-Tarmidzi)
Bukan berarti kita sibuk memperkaya diri dan keluarga sendiri barulah kemudian memperhatikan orang lain, tidak demikian, berilah nafkah pada orang-orang yang menjadi tanggungan kita, hingga mereka telah tercukupi kebutuhan primernya, barulah kita bisa menyisihkan kelebihan harta untuk yang lainnya.
Semoga kita senantiasa mampu memilah prioritas dalam bersedekah. (SH)
Leave a Reply