Saat ini perabot rumah bisa menjadi ajang pamer kekayaan para penghuninya. Tak sedikit yang rela berutang cicilan kredit demi memperoleh perabot rumah branded dengan style modern dan harga selangit.
Sebagai muslim, seharusnya kita meneladani Rasulullah, kalaupun tidak mampu meneladani seratus persen… setidaknya janganlah melakukan hal yang bertentangan jauh dengan Rasul. Termasuk mengenai pilihan perabot rumah.
Ada orang yang untuk tidur nyaman saja membeli kasur seharga puluhan sampai ratusan juta. Padahal Rasulullah sendiri memakai alas tidur yang biasa memberi bekas di punggung beliau. Pengecualian untuk orang-orang yang memang sakit keras dan memerlukan alas tidur nyaman. Simaklah hadits mengenai alas tidur Rasulullah berikut ini:
Aisyah Radiyyallaahu ‘anha berkata, “Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah terdiri atas kulit binatang sedang isinya adalah sabut kurma.”
Bisa dibayangkan yaa… alas tidur Rasulullah begitu tipis dan kasar, sangat terbayang betapa tidak nyaman untuk ditiduri.
Hafshah binti Umar saat ditanya “Apa yang menjadi tempat tidur Rasulullah? Ia menjawab, “Kain dari bulu yang kami lipat dua. Di atas itulah rasulullah tidur. Pernah suatu malam aku berkata (dalam hati), sekiranya kain itu aku lipat menjadi empat lapis, tentu akan menjadi lebih empuk baginya. Maka kain itu kulipat empat lapis.”
Manakala waktu Shubuh, Rasululah mengatakan, “Apa yang engkau hamparkan sebagai tempat tidurku semalam?” Aku menjawab, “itu adalah alas tidur yang biasa Nabi pakai hanya saja aku lipat empat. Aku kira akan lebih empuk.” Rasulullah membalas, “Kembalikan kepada asalnya! Sungguh disebabkan empuknya, aku terhalang dari shalat di malam hari.” (HR. Tirmidzi)
Betapa Rasulullah konsisten memperlakukan dunia hanya sebagai tempat singgah sementara. Beda dengan kita yang selalu punya banyak alasan untuk merasakan nikmatnya kemewahan dunia ini.
Suatu hari Umar bin Khathhab pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada di suatu ruangan yang dapat dinaiki dengan tangga, sedangkan pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkulit hitam berada di ujung tangga.
Ternyata beliau habis tidur di atas tikar tanpa alas, dengan berbantalkan kulit yang terbuat dari sabut. Dekat kaki beliau terdapat sekantong biji qarazh dan di dekat kepalanya tergantung kulit yang baru di samak. Saya melihat bekas tikar membekas di rusuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba mataku meneteskan air mata, beliau bersabda: “Apa yang membuatmu menangis?”
Saya menjawab; Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) sedang bermewah-mewah dengan apa yang mereka miliki, sedangkan Anda adalah Rasulullah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kamu tidak rela, jika mereka memiliki dunia sedangkan kamu memiliki akhirat?” (Shahih Muslim)
IZI-ers, mari berkaca pada kisah perabot rumah dan alas tidur Rasulullah tersebut. Lalu pandangi perabot rumah yang telah kita pilih untuk menghiasi rumah kita. Apakah mirip? Atau sungguh jauh berbeda?
Semoga Allah memberi kita kesadaran untuk mengutamakan kemewahan di akhirat daripada di dunia. Kalaupun kita menguasai kemewahan dunia, semoga Allah mengaruniakan hati yang zuhud pada diri kita. (SH)
Leave a Reply