Lho, kok takut beramal? Iya benar, saat melakukan amal ibadah, semestinya kita memiliki rasa takut di hati.
Begitu banyak ahli ibadah yang merasa bangga akan amalnya, kemudian hilang rasa takut di hatinya, padahal bisa jadi Allah tak menerima amalnya tersebut.
Coba simak hadits berikut ini:
Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam tentang ayat yang berbunyi, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut.” (QS. Al-Mukminun: 60), apakah mereka itu orang-orang yang minum khamr dan mencuri?
Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Bukan, wahai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, sedekah, dan mereka takut semua itu tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalain kebaikan.” (HR. Ahmad)
Astaghfirullah. Ternyata kita perlu merasa takut atas setidaknya 4 hal ketika beramal:
- Amalan tidak sesuai ajaran Rasulullah
Ketahuilah bahwa dalam beribadah, syarat diterimanya ada 2, salah satunya yakni sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullaah.
”Barang siapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam Urusan (agama) kita ini, yang bukan darinya (Al-Qur’an dan Hadits) maka dia adalah tertolak.”(HR.Bukhari dan Muslim)
Maka kita perlu khawatir jika amalan yang dilakukan tidak sesuai atau bahkan menyelisihi petunjuk Rasulullah.
- Amalan tidak dikerjakan dengan kualitas sebaik-baiknya
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2).
Kita tidak diminta beramal sebanyak-banyaknya, melainkan beramal sebaik-baiknya. Jika itu merupakan amalan shalat, maka berwudhulah dengan sempurna, shalat di awal waktu, mengupayakan kekhusyu’an, demikianlah amal yang dilakukan sebaik-baiknya.
Takutlah jika kita tidak berusaha melakukan suatu amalan dengan sebaik-baiknya. Jangan-jangan Allah tidak menerima amalan tersebut.
- Amalan tidak dilakukan secara istiqomah
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Ketakutan selanjutnya dalam beramal yakni takut tidak mampu melakukannya secara kontinyu sampai akhir hayat. Karena amalan yang disukai Allah justru yang dilakukan secara istiqomah sekalipun hanya berupa amalan sederhana.
- Amalan tidak semata-mata ikhlas karena Allah
Jika seseorang mengerjakan amalan bukan diniatkan untuk Allah semata, maka sangat mungkin Allah tidak menerima amalan tersebut.
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu menyekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65).
IZI-ers, sudahkah kita memiliki rasa takut dalam beramal sebagaimana yang telah dibahas di atas? Jika belum, mari mulai mengingatkan diri untuk tidak merasa aman hanya karena telah melakukan banyak amalan. (SH)
Leave a Reply