Ketika kita memiliki harta ratusan Milyar di rumah, apakah tidur kita menjadi lebih nyenyak atau justru lebih gelisah? Umumnya, seseorang akan tidur gelisah jika tidak punya uang ya? Kalau menyimpan uang hingga Milyaran biasanya sih tidurnya akan lebih nyaman. Akan tetapi Thalhah bin Ubaidillah berbeda, ia justru tidak bisa tidur ketika menyimpan ratusan Milyar di rumahnya, tepatnya sejumlah 70 ribu dinar hasil jual tanah.
Ia bukannya tidak bisa tidur karena khawatir hartanya dirampok maling. Sambil menangis ia berseru, “Sungguh, jika seseorang ‘dibebani’ bermalam dengan harta sebanyak ini dan tidak tahu apa yang akan terjadi, pastilah akan mengganggu ketentraman ibadahnya kepada Allah…”
Luar biasa, seperti inilah pola pikir seorang Sahabat Rasulullah yang telah dijamin masuk surga, ia khawatir harta sebanyak itu akan mengganggu ketentraman ibadahnya pada Allah. Sering kali jauh berbeda yaa dengan pemikiran kita yang justru berharap bisa menyimpan harta banyak karena takut dengan masa depan, “Kalau saya nanti sakit bagaimana, kalau keluarga saya kecelakaan bagaimana, kalau nanti terjadi musibah bencana alam bagaimana,” akhirnya… lebih berani mengeluarkan uang jutaan untuk membayar premi asuransi daripada untuk bersedekah, Astaghfirullah…
Alhamdulillah, Thalhah memiliki seorang istri yang shalihah, ahli ibadah dan zuhud. Ia adalah Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Istrinya inilah yang memberi saran untuk menyedekahkan harta tersebut kepada kaum fakir miskin, serta para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Mendengar ide tersebut, Thalhah barulah bisa tersenyum senang dan tidur dengan tenang.
Keesokan harinya, ketika acara pembagian harta kepada kaum Muhajirin dan Anshar hampir selesai, Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi suaminya, mengingatkan sang suami agar menahan beberapa uang untuk keperluan dirinya sendiri dan keluarganya. Ternyata, Thalhah hampir saja melupakan bagian untuk istri dan anaknya. Akhirnya ia memberikan harta yang tersisa pada istrinya.
Ummu Kutsum binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bercerita, “Ternyata yang tersisa adalah sebuah kantung yang berisi uang sekitar 1000 dirham.” Seribu dirham adalah senilai dengan 100 dinar, yaitu sekitar 500 gram emas. (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, 1/30-31)
Subhanallah… jika tak diingatkan, niscaya ia akan melupakan hak untuk dirinya dan keluarganya sendiri dari uang tersebut, tak heran jika Thalhah bin Ubaidillah mendapat beberapa julukan seperti “Thalhah si dermawan”, “Thalhah si pengalir harta”, “Thalhah kebaikan dan kebajikan”, ia adalah seorang yang zuhud dan tak lagi menyisakan hatinya untuk memikirkan kesenangan duniawi.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
IZI-ers, kita mungkin masih kesulitan untuk meniru apa yang dilakukan para sahabat Rasulullah, tapi minimal… rasakanlah kekhawatiran jika dalam sehari tidak mengeluarkan sedekah sama sekali dari harta yang kita miliki. Tumbuhkan rasa khawatir ini agar lama-kelamaan kita bisa membiasakan diri untuk bersedekah setiap harinya. (SH)
Comment (1)
Masya Allah.. sungguh teladan yang patut dicontoh di kehidupan sehari-hari..