IZI-ers, semua orang pastinya tahu bahwa ketika mengeluarkan hartanya baik untuk belanja, membayar listrik, air, tagihan telpon, biaya sekolah dan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, maka secara otomatis hartanya akan berkurang guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Namun tahukah bahwa ternyata ada pemberian yang takkan pernah berkurang di dunia ini? Yap, pemberian yang tak pernah berkurang adalah pemberian atau rezeki dari Allah.
Mungkin tidak semua orang menyadari akan pemberian Allah ini, terutama orang-orang yang kufur nikmat. Sementara bagi orang yang beriman, pasti akan merasakan limpahan nikmat dari Allah setiap hari tanpa henti. Mulai dari udara untuk bernafas, pergantian siang dan malam, darah yang mengalir lancar ke setiap pipa pembuluh di bagian tubuh kita, dan banyak lagi kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan untuk hamba-Nya secara cuma-cuma. Jika masih terasa rezeki sempit, tidak ada uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, Allah pun memberikan solusi agar rezeki kembali lancar… yakni Berinfak!
Mungkin ada yang berceletuk, “Yah, boro-boro buat berinfak, buat makan saja susah!”
Inilah yang sering disalah-kaprahi oleh sebagian orang yang belum paham mengenai matematika Allah. Mereka masih berfikir bahwa ketika mengeluarkan harta untuk berinfak hartanya akan berkurang. Padahal, sebaik-baik perniagaan adalah perniagaan dengan Allah. Dijamin tidak bakal rugi, asal kita percaya dengan janji Allah.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Berinfaklah, maka aku akan berinfak kepadamu.’ Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya tangan Allah terisi penuh, pemberian-Nya siang maupun malam tidak pernah menguranginya.” Juga beliau bersabda: “Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah memberikan nafkah (rezeki) semenjak Dia mencipta langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah berkurang apa yang ada pada tangan kanan-Nya.” Beliau bersabda: “Dan ‘Arsy-Nya ada di atas air, di tangan-Nya yang lain terdapat neraca, Dia merendahkan dan meninggikan.”(HR Bukhari No 4316)
Dalam hadits di atas jelas disebutkan bahwa dengan berinfak, maka Allah pun akan berinfak kepada hamba-Nya. Lantas apalagi yang membuat diri menahan-nahan untuk berinfak? Karena takut miskin? Itu artinya masih belum percaya bahwa Allah Maha Kaya dan Maha menepati janji.
Atau jangan-jangan, sifat kikir bakhil sudah bersemayam di hati hingga berat rasanya untuk beinfak, padahal semua kebaikan akan senantiasa kembali kepada diri sendiri? Na’udzubillah. (SH/RI)
Leave a Reply