IZI-ers, pernah bergaul dengan orang yang pelit? Bagaimana rasanya? Bahkan memakan makanan ringan di atas piringnya saja kita bisa dipelototi. Kurang kembalian 100 Rupiah pun bakal diprotes. Memakai parfumnya satu semprot saja dituntut agar dikembalikan. Tiap ke tempat makan bersama dia selalu minta ditraktir.
Apakah hidup yang dijalani orang pelit seperti ini akan membahagiakan? Sekalipun uang yang disimpannya terkumpul banyak karena kebakhilannya itu, percayalah… hidupnya akan terasa sempit sekali.
Justru orang yang dermawan dan ringan tangan dalam memberi sedekah akan hidup dengan hati lapang dan berbahagia. Bagaimana bisa demikian?
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Zurich tahun 2016 menemukan bahwa perilaku baik hati dan peduli terhadap orang lain dapat meningkatkan suatu sinyal di otak yang diikuti dengan meluapnya tingkat kebahagiaan. Sinyal ini didapat melalui pemeriksaan fMRI (functional magnetic resonance imaging) dan memperlihatkan bagian striatum ventral dan korteks orbitofrontal mengalami peningkatan. Sinyal kebahagiaan yang ditunjukkan pada bagian otak tersebut dihasilkan ketika kita memberi sedekah atau kebaikan dalam bentuk lainnya. Uniknya, sinyal ini dapat anjlok drastis ketika seseorang menjadi egois dan serakah.
Coba simaklah hadits Rasulullah berikut ini:
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Benarlah isyarat yang disampaikan Rasulullah bahwa seorang yang dermawan seolah memakai pakaian besi yang longgar dan lapang, sedangkan seorang yang pelit justru akan merasa seperti memakai baju besi yang mencengkram kuat setiap inci kulitnya. Ternyata memang demikianlah yang terjadi pada tubuh kita ketika kita berlaku serakah ataupun gemar sedekah, sinyal di otak kita akan memperlihatkan kebahagiaan atau sebaliknya.
Bahkan, selain melapangkan hati, sedekah pun bisa menjadi obat bagi yang sakit, dan menjadi tameng penolak bencana, tidak peduli apakah sedekah ini dilakukan oleh orang yang zalim, ahli maksiat, maupun orang kafir.
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Abu Dawud, At Thabarani dan Al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-AlBani dalam Shahihul Jami’).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sedekah memiliki pengaruh yang ajaib dalam mencegah berbagai bala’, walaupun sedekah dari seorang fajir (ahli maksiat) atau dzalim bahkan dari orang kafir. Karena Allah mencegah dengan sedekah berbagai bala’. Hal ini telah diketahui oleh manusia baik yang awam ataupun tidak. Penduduk bumi mengakui hal ini karena mereka telah membuktikannya.” [Al-Waabilus Shayyib hal. 49].
Setelah mengetahui hal ini, apakah kita masih pelit
Leave a Reply