“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad, 2:373)
Berpuasa tapi sia-sia amal puasanya, bukankah itu termasuk sesuatu yang sangat rugi?
Siapa yang mau amal puasanya sia-sia? Tentunya tidak ada. Semua orang pasti berharap apa yang dilakukannya selama Ramadhan akan Allah terima dan bernilai pahala.
Lantas apa saja hal-hal yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia?
1. Berkata keji
Salah satu manfaat dari puasa adalah mencegah atau mengindarkan orang dari berbuat keji dan mungkar. Oleh sebab itu sangat penting bagi seseorang yang berpuasa dari berkata keji. Bagi yang masih melakukan perbuatan tersebut, Allah tidak membutuhkan puasanya.
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari, no. 1903)
2. Berkata kotor dan tidak bermanfaat
Selain perkataan keji, perkataan kotor juga dapat membuat puasa seseorang menjadi sia-sia.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya”.(HR Bukhari no 1770)
Lagwu merupakan perkataan yang sia-sia dan tidak berfaedah. Sementara rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau dapat pula bermakna kata-kata kotor. Singkatnya rofats adalah perkataan vulgar atau yang mengarah ke sana.
3. Tidak melaksanakan shalat
Ada, mungkin juga banyak, orang yang berpuasa namun tidak melaksanakan shalat. Mereka menyadari bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib namun melupakan bahwa shalat juga merupakan ibadah wajib baginya. Padahal puasa tanpa melaksanakan shalat wajib, maka puasanya menjadi sia-sia belaka.
“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah juga berkata, “Kami katakan, ‘Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa.’ Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah darinya.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17:62)
4. Shalat tergesa-gesa
Rasulullah senantiasa mengajarkan umatnya untuk shalat dengan khusyu’ dan melarang shalat secara terburu-buru.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron.” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar rahimahullah membawakan hadits di atas dalam kitab beliau Bulughul Maram, Bab “Dorongan agar khusyu’ dalam shalat.” Sebagian ulama menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah shalat yang ringkas (terburu-buru), tidak ada thuma’ninah ketika membaca surat, ruku’ dan sujud. (Lihat Syarh Bulughul Maram, Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim, 49:3, Asy-Syamilah)
Makna puasa sia-sia bukan berati bahwa ibadah puasanya itu batal. Melainkan amalan tersebut menjadi tidak sempurna karena pelakunya masih bermaksiat atau melakukan perbuatan yang dapat membuat amalan puasa menjadi tidak sempurna. Jadi selagi tidak melakukan hal-hal pembatal puasa maka puasa orang tersebut tetap sah. (SH/RI)
Leave a Reply