“Tidak akan masuk surga si tukang adu domba (perusak hubungan antara manusia)” (HR Muslim [105])
Di mana pun tempatnya, biasanya kita akan menemukan orang-orang yang hobi ke sana ke mari mengompori orang lain untuk saling ribut. Baik mengadu domba antar tetangga, antar rekan kerja di kantor, maupun antara atasan dan bawahan.
Seperti apa sajakah orang yang disebut sebagai pengadu domba?
- Orang yang mengadu pada penguasa/ bos
Dari Hammam bin Harits, ia berkata : Ada seorang laki-laki yang suka melaporkan kepada penguasa. Ketika kami sedang duduk di masjid, orang-orang berkata, “Ini orang yang suka melaporkan kepada penguasa?” (Hammam) berkata, ”Lalu dia mendekat sehingga duduk bersama kami”. Maka Hudzaifah berkata : Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah (adu domba)”. [HR. Muslim juz 1, hal. 101]
Jika dilihat dari hadits di atas, salah satu orang yang bisa disebut sebagai pengadu domba adalah mereka yang suka mengadu ke penguasa atau atasan. Misalkan ada masalah di antara rekan kerja, bukannya mencari solusi untuk memperbaiki hubungan… ia malah mengadu kepada atasan, sehingga menjadi makin buruklah hubungan di antara rekan kerja ini.
- Banyak bersumpah dan menyebar fitnah
Orang yang hobi mengadu domba punya ciri-ciri suka bersumpah, banyak mencela, dan ke sana ke mari menyebar fitnah, serta menghalangi orang lain berbuat baik. Biasanya ia terkenal sebagai orang yang jahat perangainya.
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian-kemari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu yang terkenal kejahatannya.” [QS. Al-Qalam : 10-13]
- Orang yang menyakiti laki-laki dan perempuan beriman tanpa sebab
Orang-orang yang suka mengadu domba, secara sadar atau tidak sadar, telah menyakiti orang mukmin, disebabkan kebohongan yang mereka sebarkan, yang merusak hubungan atau menyebabkan kerenggangan hubungan.
Dari ‘Abdullah bin Busr, dari Nabi Shalallaahu ‘alaihi wassalam, beliau bersabda, “Bukan dari golonganku orang yang pendengki, orang yang berbuat namimah (adu domba), dan orang yang percaya kepada dukun, dan aku bukan dari golongannya”. Kemudian Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam, membaca ayat Walladziina yu’dzuunal mu’miniina wal mu’minaati bighairi maktasabuu faqadihtamaluu buhtaanaw wa itsmam mubiina (Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka itu telah berbuat kebohongan dan dosa yang nyata). QS. Al-Ahzaab:58. [HR. Thabrani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 499]
- Sifat lainnya: suka mencaci, sombong dan pendendam
Seseorang yang memiliki sifat gemar mengadu domba tidak bisa disebut sebagai seorang muslim, disebabkan orang lain tidak merasa aman dari gangguan lisan dan perbuatannya. Selain itu, biasanya ia akan sepaket dengan sifat buruk lainnya yang muaranya adalah sebagai penghuni neraka.
Dari Ibnu ‘Umar Radiyallaahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam, bersabda, “Namimah (adu-adu), syatimah (suka mencaci) dan hamiyyah (kesombongan) adalah di neraka”. Dan dalam satu lafadh, “Sesungguhnya namimah dan hiqdu (dendam) itu di neraka, kedua-duanya tidaklah bersemayam di dalam hati seorang muslim”. [HR. Thabrani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 497]
- Bermuka dua, bicara beda ke sana dan ke mari
Di depan A bicaranya seperti ini, di depan B bicaranya seperti itu, sehingga A dan B pun bertengkar atau merenggang hubungannya. Inilah ciri-ciri utama seorang pengadu domba, ia tidak memperbaiki hubungan… justru merusaknya.
Dari Ibnu ‘Abbas Radiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam, pernah melewati dua kubur yang (penghuninya) sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa lantaran perkara yang besar (menurut pandangan manusia), tetapi sesungguhnya perkara itu besar (menurut pandangan Allah). Adapun seseorang dari keduanya dahulu biasa ke sana-ke mari berbuat namimah (adu domba). Adapun seseorang yang lain ialah dahulu tidak menjaga (tidak bersih) dari kencing”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah. Lafadh ini bagi Bukhari, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 496]
Semoga Allah menjauhkan sifat namimah ini dari diri kita. (SH)
Leave a Reply