Zaman sekarang ini, banyak orang kaya raya tapi tak bisa menahan diri dari gemerlap jabatan. Lihatlah… Betapa banyak orang rela mengeluarkan Milyaran Rupiah untuk mendapatkan jabatan tertentu di pemerintahan, demi melanggengkan bisnisnya, atau untuk mendapat proyek yang dapat lebih menguntungkan dirinya.
Akan tetapi, mari kita lihat keteladanan dari salah seorang Sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga. Ia memiliki harta yang amat banyak, kedermawanannya luar biasa, namun sedikitpun ia tidak Silau dan tergiur akan jabatan yang ditawarkan padanya. Ia adalah Abdurrahman bin ‘Auf.
Sepeninggal Khalifah Umar bin Khaththab, Abdurrahman bin ‘Auf termasuk dalam enam orang yang terpilih menjadi anggota majelis syura yang akan menggantikan posisi Khalifah.
Keenam orang tersebut antara lain: Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Saad bin Abi Waqqash.
Semua orang dalam majelis itu menunjuk Abdurrahman bin ‘Auf, dan menyatakan bahwa ia lebih berhak memegang jabatan sebagai Khalifah. Tapi, Abdurrahman bin ‘Auf malah berkata:
“Demi Allah, daripada harus menerima jabatan itu, aku lebih suka jika diambil sebilah pisau lalu diletakkan di tenggorokanku dan ditusukkan hingga menembus leherku ini.”
Perkataannya ini bukanlah basa-basi, Abdurrahman bin ‘Auf benar-benar tidak memiliki minat akan jabatan kepemimpinan tersebut.
Akhirnya, Utsman bin Affan lah yang terpilih menjadi Khalifah pengganti Umar bin Khaththab. Namun, suatu ketika menjelang penghujung kekhalifahan Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf didatangi Humran, pembantu Utsman bin Affan.
“Kabar gembira untukmu, wahai Abdurrahman. Sesungguhnya, Utsman telah berwasiat bahwa khalifah penggantinya adalah engkau,” ucap Humran.
Aneh, Abdurrahman bin ‘Auf justru terlihat gusar mendengar kabar tersebut. Ia berdiri dan berdoa, “Ya Allah, jika hal ini memang berasal dari Utsman, maka wafatkanlah aku sebelum terjadi.” (Siyar A’laminnubala 1/102).
Subhanallah… Allah mengabulkan doa sahabat mulia ini. Enam bulan setelah pertemuan dirinya dengan Humran tersebut, Abdurrahman bin ‘Auf wafat. Sehingga dirinya tak perlu risau akan jabatan sebagai Khalifah yang diwasiatkan padanya.
Sungguh amat jarang karakter seseorang seperti Abdurrahman bin ‘Auf ini, beliau benar-benar memperhatikan sabda Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam bahwa jabatan kepemimpinan bukanlah suatu hal yang layak untuk diperebutkan. Ia justru merupakan amanah yang berat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan” (HR. Bukhari).
Dalam Hadits lainnya, dari Abu Sa’id ‘Abdurrahman bin Samurah radiyallaahu ‘anhu berkata : “Rasulullah bersabda kepada saya : “Wahai ‘Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta suatu jabatan karena sesungguhnya bila kamu diberi suatu jabatan tanpa memintanya, maka kamu akan mendapat pertolongan dalam menjabat jabatan itu, tetapi kalau kamu diberi suatu jabatan karena meminta, maka jabatan itu akan diserahkan (dibebankan) sepenuhnya kepadamu….”(Shahih Bukhari No.7146 dan Shahih Muslim No.1652).
Astaghfirullahal’adzim. Bukankah amat sombong jika kita meminta jabatan pada manusia karena merasa diri tinggi dan pantas menjadi pemimpin?
Dalam Hadits lain, Rasulullah memberi isyarat untuk tidak memilih orang yang berambisi terhadap suatu jabatan tertentu. Dengan kata lain, janganlah memilih seorang yang terobsesi memperoleh suatu kedudukan, entah sebagai pemimpin atau posisi strategis tertentu.
Dari Abu Musa Al Asy’ary radiyallaahu ‘anhu berkata : “Saya bersama dua orang saudara sepupu datang kepada Nabi, kemudian salah seorang di antara keduanya itu berkata : “Wahai Rasulullah, berilah kami suatu jabatan pada sebahagian apa yang telah Allah ‘azza wajalla kuasakan terhadap tuan”. Dan yang lain juga berkata seperti itu. Kemudian beliau bersabda :”Demi Allah, aku tidak akan mengangkat seorang dalam suatu jabatan yang mana ia memintanya, atau seseorang yang sangat ambisi pada jabatan itu”. (Shahih Bukhari No.7149 dan Shahih Muslim No.1733)
Semoga kita dapat meneladani Abdurrahman bin ‘Auf yang tak Silau kekuasaan, sekalipun kekuasaan tersebut telah disediakan di hadapannya. Wallaahualam.
Leave a Reply