Pada artikel sebelumnya kita telah membahas 4 adab yang perlu diperhatikan ketika buang air, berikut ini beberapa hal lainnya yang penting diketahui mengenai adab buang air, jangan-jangan selama ini kita mengabaikannya, mari dicek:
- Tidak bicara
Toilet-toilet umum bagi laki-laki terutama, biasanya terbuka dan memungkinkan orang untuk berbincang. Berbeda dengan toilet perempuan. Meskipun tidak menutup kemungkinan juga wanita berbincang di kamar mandi. Namun apakah berbincang di kamar mandi diperbolehkan, atau dilarang?
Abu Sa’id dia berkata; Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah dua orang laki-laki pergi ke tempat buang hajat dalam keadaan membuka aurat keduanya, lalu bercakap-cakap, karena sesungguhnya Allah ‘azza wajalla membenci demikian.” (HR Abu Daud No 14)
Akan tetapi derajat hadits ini Dhaif menurut Muhammad Nasiruddin Al-Abbani.
- Tidak menjawab salam ketika buang air
Apa yang harus dilakukan ketika ada orang yang mengucapkan salam ketika sedang di kamar mandi? Rasulullah hanya diam dan tidak menjawabnya.
Dari Ibnu Umar dia berkata; ” Seorang laki-laki melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau sedang buang air kecil. Orang itu lalu mengucapkan salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawabnya.” (HR Nasa’i No 37)
Rasulullah baru menjawab salam ketika sudah selesai bersuci.
Dari Qatadah dari Al Hasan dari Hudlain Abu Saasan dari Al Muhajir bin Qunfudz ” Ia pernah memberi salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ia sedang buang air kecil, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membalas salamnya. Setelah berwudlu beliau membalas salamnya.” (HR Nasa’i No 38)
- Tidak buang hajat di air tergenang
Ketika sedang berada di kolam renang atau pemandian dan merasa ingin buang air, sebaiknya cari toilet terdekat. Sebab kita tidak diperbolehkan buang air di air yang tergenang.
Dari Jabir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau melarang buang air kecil di dalam air yang tergenang (tidak mengalir).” (HR Nasa’i No 35)
Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang pelarangan ini dan berfikir bahwa air yang berjumlah lebih dua kullah tidak masalah jika terkena najis, namun hal ini salah. Dalam hadits lain juga disebutkan pelarangan ini karena dapat menimbulkan was-was.
Dari Abdullah bin Mughaffal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: ” Jangan kalian buang air kecil di tempat pemandian, karena kebanyakan rasa was-was itu berasal darinya.” (HR Nasa’i No 36)
- Tidak berdiri ketika buang air kecil
Masih banyak nggak sih laki-laki yang suka buang air kecil sembari berdiri? Sepertinya masih ya? Apalagi seperti yang kita tahu juga bahwa toilet-tolet umum biasanya hanya menyediakan kloset berdiri bagi laki-laki yang ingin buang air kecil.
Jika memang terpaksa tidak masalah, namun jika toilet tersebut menyediakan kloset yang duduk atau jongkok, sebaiknya menggunakan fasilitas tersebut.
Buang air sembari berdiri tidak hanya kurang baik bagi kesehatan, tapi juga sangat dikhawatirkan bahwa pakaian kita akan terciprat najisnya.
Dari Aisyah dia berkata: “Barangsiapa mengabarkan kepadamu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam buang air kecil sambil berdiri, jangan kamu mempercayainya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak buang air kecil kecuali sambil duduk.” (HR Nasa’i No 29)
- Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan
Pergunakanlah hanya tangan kiri ketika hendak beristinja’/cebok. Karena tangan kanan hanya diperuntukkan bagi yang baik-baik.
dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Jika salah seorang dari kalian minum, maka janganlah ia bernafas dalam gelas. Dan jika masuk ke dalam WC janganlah dia menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya dan jangan membersihkan dengan tangan kanannya.” (HR Bukhari No 149)
- Beristinja’ dengan air atau batu
Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kedalam WC, lalu aku letakkan bejana berisi air. Beliau lantas bertanya: “Siapa yang meletakkan ini?” Aku lalu memberitahukannya, maka beliau pun bersabda: “Ya Allah pandaikanlah dia dalam agama.” (HR Bukhari No 140)
Bagi yang tinggal di perkotaan atau yang memang tempat tinggalnya dekat dengan sumber air tentunya tidak akan kesulitan untuk beristinja’ menggunakan air. Namun bagaimana dengan mereka yang tempat tinggalnya jauh ari sumber air? Atau bagi yang sedang safar dan sulit menemukan air, dengan apa harus beristinja’nya?
Tenang, Islam sudah memberikan solusinya. Kita mendapatkan rukshah atau keringanan. Bagi yang kesulitan mendapatkan air, bisa menggunakan batu.
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Aku mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau keluar untuk buang hajat, dan beliau tidak menoleh (ke kanan atau ke kiri) hingga aku pun mendekatinya. Lalu Beliau bersabda: “Carikan untukku batu untuk aku gunakan beristinja’ dan jangan bawakan tulang atau kotoran hewan.” Lalu aku datang kepada beliau dengan membawa kerikil di ujung kainku, batu tersebut aku letakkan di sisinya, lalu aku berpaling darinya. Setelah selesai beliau gunakan batu-batu tersebut.” (HR Bukhari No 151)
Kalau sekarang ini mungkin juga ada yang memanfaatkan tisu basah dan kering. Sepeti ketika sedang mendaki gunung misalnya.
Semoga keterangan mengenai adab buang air ini bermanfaat. (SH/RI)
Leave a Reply