IZI-ers, memuliakan tamu merupakan sebagian dari iman. Sebagaimana disebutkan Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud berikut ini:
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari No. 5559)
Mengingat pentingnya memuliakan tamu ini, sudah seharusnya seseorang mengetahui adab-adab dalam menerima tamu, agar ketika berkesempatan menjadi tuan rumah dapat memperlakukan tamunya dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa ada dalam menerima tamu:
- Mengucap selamat datang
Disadari atau tidak, tuan rumah yang menyambut tamunya dengan baik dapat membuat tamu merasa lebih nyaman karena merasa bahwa kedatangan mereka dinantikan oleh tuan rumah. Apalagi kesan pertama seseorang terhadap sesuatu sangatlah penting. Termasuk kesan tamu terhadap tuan rumah. Oleh sebab itu lakukanlah hal ini sebagaimana Rasulullah dulu melakukannya.
Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma dia berkata; “Ketika utusan Abdul Qais datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: “Selamat datang wahai utusan yang datang dengan tanpa kehinaan dan penyesalan.” (HR. Bukhari No 5708)
- Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada yang lebih muda
Sikap saling menghormati sangat penting. Di dalam bertamu pun demikian. Memprioritaskan orang yang lebih tua menjadi hal yang tidak boleh dilupakan.
Misalnya saat menjamu tamu, ada baiknya mempersilahkan orangtua untuk mengambil makanan terlebih dahulu.
Hal ini merupakan salah satu ciri muslim yang baik.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan termasuk dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami.” (HR.Tirmidzi No. 1843)
- Berbincang-bincang
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dia berkata; “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikah dengan Zainab binti Jahsy, beliau mengundang orang-orang untuk menikmati jamuan, kemudian mereka duduk-duduk dan berbincang-bincang.” (HR. Bukhari No. 5800)
Ketika kedatangan tamu atau memang sengaja mengundang orang dalam rangka hajatan, sebisa mungkin ajak tamu berbincang.
Berbincang-bincang dapat membantu mencairkan suasana, menghangatkan hubungan, dan memperkuat silaturahim. Apalagi untuk yang jarang bertemu satu sama lain. Tamu juga akan merasa lebih dihargai dan diterima dengan diajak berbincang. Bandingkan dengan tamu yang tuan rumahnya cuek. Bisa jadi tamu ingin segera pulang.
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dia berkata; “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikah dengan Zainab binti Jahsy, beliau mengundang orang-orang untuk menikmati jamuan, kemudian mereka duduk-duduk dan berbincang-bincang.” (HR. Bukhari No. 5800)
- Tidak marah atau berkeluh kesah di depan tamu
Ada tamu tapi malah memasang wajah cemberut, marah, jutek dan lainnya, bolehkah?
Jangan!
Siapapun pasti akan merasa tidak nyaman jika tuan rumah yang dikunjungi menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan.
Abu Bakar dulu juga pernah marah kepada tamunya, namun akhirnya bersikap biasa lagi (tidak marah).
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrradliallahu ‘anhuma bahwa Abu Bakar kedatangan tamu beberapa orang, lalu dia berkata kepada Abdurrahman; “Layani tamu-tamumu dengan baik, karena aku hendak menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pergilah untuk menjamu mereka sebelum aku kembali.” Lantas Abdurrahman beranjak dan menjamu apa yang dia miliki kepada mereka, lalu dia berkata; “Silahkan makan.”
Namun mereka berkata; “Kemanakah tuan rumah?” Abdurrahman berkata; “Makanlah.” Mereka tetap berkata; “Kami tidak akan menyantap makanan sampai tuan rumah datang.” Abdurrahman berkata; “Terimalah jamuan kalian ini, karena bila ia datang, sedangkan kalian belum memakannya, dia akan membuangnya.” Namun mereka tetap menolaknya, maka akupun tahu kalau Abu Bakr akan memarahiku, ketika dia datang, aku langsung menghidar darinya, Abu Bakr berkata; “Apakah kalian telah memakannya?” maka mereka mengabarinya (bahwa mereka belum menjamahnya), maka Abu Bakr menyeru; “Wahai Abdurrahman?” aku pun terdiam, kemudian dia berkata lagi; “Wahai Abdurrahman?” aku tetap diam, lalu dia berkata; “Wahai Ghuntsar (sebutan untuk Abdurrahman), aku bersumpah kepadamu, jika kamu mendengar suaraku.” Ketika aku datang dan keluar, aku langsung berkata; “Tanyalah kepada para tamumu.”
Mereka pun menjawab; “Dia benar, dia telah menyodorkannya kepada kami.” Abu Bakr berkata; “Apakah kalian menungguku?, demi Allah aku tidak akan makan malam ini.” Dan yang lain pun menimpali; “Demi Allah, kami tidak akan memakannya hingga kamu memakannya lebih dulu.” Abu Bakr berkata; “Aku sama sekali tidak pernah melihat keburukan seperti yang terjadi malam ini.’ Celakalah kalian kenapa kalian tidak mau menerima hidangan kami? Berikanlah makananmu kepadaku, ” lalu disodorkanlah makanan tersebut kepadanya kemudian dia meletakkan di tangannya dan berkata; “Dengan nama Allah, (sumpah) yang pertama adalah untuk syetan.” Lalu Abu Bakr memakannya dan mereka pun ikut makan.” (HR. Bukhari No. 5674)
Jadi, daripada cemberut atau marah tidak jelas, lebih baik pasang senyum dan ajak tamu berbincang sambil menikmati jamuan.
Masih ada banyak poin adab melayani tamu yang perlu kita pahami, namun agar pembahasan ini tidak terlalu panjang, akan kita lanjutkan di artikel berikutnya. (SH/RI)
Leave a Reply