Pada bahasan sebelumnya kita telah mengetahui 4 adab dalam menerima tamu yang diajarkan dalam Islam, berikut ini beberapa adab selanjutnya yang tak kalah penting untuk diperhatikan:
- Menyediakan hidangan semampunya
Ketika sengaja mengadakan pesta, tentunya tuan rumah sudah menyediakan hidangan yang layak. Nah ketika kedatangan tamu dihari-hari biasa pun kita berkewajiban untuk menyuguhkan tamu jamuan semampu kita. Kalaupun memang tidak ada makanan yang dapat disuguhkan, minimal berikanlah air putih untuk melepas dahaga.
Ada kisah Sahabat Rasulullah dari kalangan Anshar yang sangat memuliakan tamunya juga lho.
Dari Abu Hurairah; “Seorang laki-laki Anshar kedatangan tamu dan bermalam di rumahnya. Padahal dia tidak mempunyai makanan selain makanan anak-anaknya. Maka dia berkata kepada isterinya; ‘Tidurkan anak-anak dan padamkan lampu. Sesudah itu suguhkan kepada tamu kita apa adanya.’ Kata Abu Hurairah; ‘Karena peristiwa itu maka turunlah ayat: ‘Dan mereka lebih mementingkan tamu dari diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kesusahan…’ (Al Hasyr 59: 9).’ (HR Muslim No 3830)
- Batasan menjamu tamu
Mungkin ada yang belum mengetahui, berapa lama batasan seseorang untuk menjamu tamu. Simak hadits ini:
Dari Al Miqdam Abu Karimah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menjamu tamu (selama) satu malam adalah wajib, dan jika di pagi harinya tamu tersebut masih berada di pekarangan (rumah), maka ia adalah utang baginya. Jika mau ia boleh menjamunya (lagi), jika tidak maka ia boleh membiarkannya.” (HR Ibnu MajahNo 3667)
Jadi batasannya adalah satu malam. Jadi misalkan rumahnya kedatangan tamu yang menginap lebih dari semalam, kewajiban menjamunya adalah satu malam. Jika keesokan harinya tamu masih ada, tuan rumah boleh menjamunya atau tidak. Menjamu tamu lebih dari semalam, maka pemberian tersebut termasuk sedekah.
- Tidak hanya mengundang orang kaya
Sangatlah buruk orang yang hanya mengundang orang-orang kaya dalam pesta atau acara tertentu. Tentunya IZI-ers tahu, bahwa orang-orang yang kekurangan lebih layak dan juga membutuhkan makanan dan minuman. Oleh sebab itu, undanglah mereka saat mengadakan pesta yang menyediakan jamuan.
Dari Abu Hurairahradliallahu ‘anhu, bahwa ia berkata; “Seburuk-buruk jamuan adalah jamuan walimah, yang diundang sebatas orang-orang kaya, sementara orang-orang miskin tidak diundang. Siapa yang tidak memenuhi undangan maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR Bukhari No 4779)
- Mengizinkan apabila tamu meminta izin mengajak orang yang tidak diundang
Ketika menghadiri undangan, pernahkan melihat ada seseorang mengajak orang lain yang tidak diundang oleh tuan rumah? Bagaimana sebaiknya?
Jika orang tersebut meminta izin karena membawa orang lain, maka tuan rumah sebaiknya mengizinkannya.
Dari Anas radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai tetangga seorang bangsa Persia yang pandai memasak. Pada suatu hari dia memasak hidangan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah itu dia datang mengundang beliau. Beliau bertanya: “Aisyah bagaimana?” orang itu menjawab; ‘Dia tidak! ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya kembali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “‘Aisyah bagaimana? ‘” orang itu menjawab; ‘Dia tidak! ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalau begitu aku juga tidak!” Orang itu mengulangi undangannya pula. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Aisyah bagaimana?” Jawab orang itu pada ketiga kalinya; ‘Ya, Aisyah juga.’ Maka Rasulullah pergi bersama Aisyah ke rumah tetangga itu. (HR Muslim No 3798)
- Mengantar tamu yang akan pulang sampai depan rumah
Ketika tamu hendak pulang, antarkan mereka hingga ke depan rumah. Tamu akan merasa sangat dihargai atas kunjungan mereka.
IZI-ers, itulah beberapa adab bagi tuan rumah dalam menjamu tamu. Semoga bermanfaat dan dapat dipraktikkan saat ada yang bertamu ke rumah. (SH/RI)
Leave a Reply