Aan Juhairiyah dinyatakan skoliosis tulang belakang sejak setahun belakang. Sekitar bulan Juni 2019, dokter ortopedi memberi saran agar wanita 34 tahun itu lebih baik menggunakan gips badan, atau minimal korset penegak badan.
Kedua barang yang disarankan tersebut beserta biaya perawatan dokter tidaklah mampu dijangkau oleh pendapatannya sebagai guru SD swasta. Bahkan jika digabung dengan pendapatan suaminya selaku montir bengkel pinggir jalan Leces, Probolinggo, hal itu tetap tak terjangkau.
Menurut pengakuan Aan, total biaya perawatan beserta barang kesehatan yang dimaksud membutuhkan pengeluaran dana sebesar 25 juta rupiah.
“Kami pun merawat kakak kami dengan memanggil tukang urut untuk meringankan rasa nyeri yang dirasakan pada bagian punggungnya,” kata Nurul Isna Machfudoh, adik dari Aan Juhairiyah.
Aan Juhairiyah dapat dikatakan menantu yang sigap. Ibu satu anak itu rajin menggendong mertuanya yang terserang stroke seorang diri untuk keperluan buang air ke kamar mandi.
Pengabdiannya kepada mertuanya itu tanpa disadari menjadi penyebab riwayat sakit pada punggungnya pada tahun 2017, dan semakin tak tertahankan pada 2019 lalu.
Pihak keluarga pun mengajak Aan memeriksakan diri ke rumah sakit daerah setempat. Bertemu dengan dokter spesialis ortopedi ditemukan bahwa tulang belakang Aan mengalami pembengkokan.
Pihak dokter menyarankan bagi dirinya untuk mengikuti sesi terapi perawatan dengan pembelian gips atau korset badan.
“Cuma karena harganya sangat tinggi, kami tidak lagi kembali untuk berobat ke dokter,” ungkap Ade Masputra, sang suami.
Aan Juhairiyah sangat membutuhkan terapi tersebut. Kontrol rutin, penggunaan gips, terapi obat diperlukan tiap bulannya agar penyakitnya itu tidak kembali kambuh.
“Sekali datang terapi menghabiskan 400 ribu rupiah. Belum lagi harga obat. Saya meminta keringan dan alternatif lain bagi kakak saya. Alhamdulillah dimudahkan. Dokter mengizinkan terapi di rumah bersama dengan perawat,” terang Ade Masputra.
Terapi sempat berjalan semenjak November 2019. Akibat Probolinggo mendapat status merah wabah corona, kontrol kesehatan Aan terhenti pada bulan April 2020.
Kondisi Covid-19 menjadikan imunitas dirinya makin menurun, badannya terlihat semakin kurus. Ternyata Aan juga dinyatakan TBC tulang belakang. Gejala yang dialaminya adalah muntah darah dan batuk berdahak.
“Jadi kami harus mengupayakan Aan bisa sembuh dari dua penyakit, TBC dan skoliosis,” tutup Ade.
Keluarga berharap Aan dapat sembuh. Murid-muridnya di salah satu sekolah islam terpadu Probolinggo merindukan kehadiran Aan mengajar.
Pengalamannya selama 6 tahun mengajar di sekolah terpadu cukup dikatakan sebagai salah satu calon guru teladan, meski gaji yang diterimanya belum mampu mengatasi masalah kesehatannya kini.
Melalui program Lapors (Layanan Pendampingan Orang Sakit), IZI Jawa Timur memberikan bantuan dana pengobatan bagi Aan. Hal ini untuk memudahkan dirinya menjalani terapi skoliosis, dan mengobati TBC tulang. (susi/izijatim)
Leave a Reply