Nurul Badriyah. Wanita kelahiran 12 September 1965 ini, memiliki dua orang anak. Ia dinyatakan mengidap kanker nasofaring pada Juni 2019 lalu. Ibu Nurul tak menyerah, keluarganya pun ikut berjuang untuk proses pengobatannya.
Kanker Nasofaring merupakan salah satu penyakit ganas yang sudah menyebar di banyak negara di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker ganas ini menempati urutan keempat dalam tingkat keganasan dan sudah menyerang cukup banyak korban. Nasofaring sendiri adalah salah satu bagian pada tenggorokan atas yang letaknya berada di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut.
Ibu Nurul menceritakan, penyakit yang diidapnya berawal dari gigi geraham bagian kiri yang sakit. Ia kemudiam mendatangi dokter gigi di desanya. Tepatnya di Desa Gondang Kulon, Kecamatan Gondang, Nganjuk Jawa Timur.
Tiga gigi kiri bagian atas ibu Nurul dicabut dengan harapan sakitnya akan ikut hilang. Namun setelah itu, kenyataan tak sesuai harapan. Ia masih merasakan sakit di bagian yang sama, hingga akhirnya ibu Nurul dilarikan ke RSUD Nganjuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dilakukan ronsen pada bagian yang sakit.
Tidak ada yang mengira, Ibu Nurul divonis oleh dokter mengalami kanker ganas, Nasofaring. Dengan alat kesehatan RSUD Nganjuk yang terbatas, ibu Nurul dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya. Dokter yang menanganinya, menyarankan untuk melakukan kemoterapi, dengan menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi biasanya ditunjang dengan prosedur radioterapi, agar hasil dari pengobatan yang dilakukan dapat lebih maksimal. Untuk saat ini ia sudah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, hal itu sempat tertunda dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 sejak bulan Maret 2020.
Akibat ditundanya kemoterapi, pada bulan Juni, kanker Nasofaring ibu Nurul menjalar ke bagian mata sehingga wajah bagian kirinya membengkak. Hal tersebut membuat mata ibu Nurul sudah tidak berfungsi dengan baik, Ibu Nurul sudah tidak dapat melihat lagi, pandangannya gelap. Bahkan ibu Nurul tidak bisa mengunyah makanan dan tidak bisa berjalan lagi.
Hingga bulan Agustus suami dan anak Ibu Nurul Badriyah, yaitu Bapak Parno dan bapak Gus Khidir memberanikan diri untuk melanjutkan pengobatannya di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Bapak Parno yang selalu menemani istrinya menjalani pengobatan adalah seorang petani jagung dan padi, dimana hasil panen kedunya dalam tiga bulan sekali hanya menghasilkan penghasilan kotor sekitar lima juta.
Sementara biaya pengobatan ibu Nurul sudah ditanggung BPJS, namun untuk biaya kehidupan sehari-hari saat menjalani rawat jalan di RS dr. Soetomo Surabaya. Parno seringkali harus berhutang atau bahkan mendapatkan santunan dari saudara dan tetangga desanya.
Keberadaan Rumah Singgah Pasien (RSP) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Jawa Timur dan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Surabaya Jawa Timur, Bapak Parno merasa terbantu dan tak lupa mengucapkan terima kasihnya kepada RSP IZI dan YBM PLN yang sudah mengizinkan keluarganya untuk singgah selama proses pengobatan di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa tinggal di RSP IZI dan YBM PLN, karena kami sudah tidak perlu bayar biaya kos dan makan, banyak teman juga yang sama-sama berjuang melawan sakit.” tutur Bapak Parno.
RSP adalah salah satu program dari IZI yang bersinergi dengan YBM PLN untuk pasien kurang mampu dari luar daerah yang sedang rawat jalan di rumah sakit rujukan, dimana operasional rumah singgah berasal dari dana zakat sehingga tidak memungut biaya dari keluarga pasien.
Fasilitas yang ada di RSP berupa tempat tinggal, konsumsi, serta fasilitas pengantaran menggunakan mobil ambulans bagi pasien yang akan berobat ke rumah sakit (RSP/ IZI Jatim)
Leave a Reply