“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah: 155)
Bersyukur saat mendapat nikmat, itu sudah keharusan, akan tetapi jika bersyukur saat mendapat musibah, bukankah terdengar aneh bahkan nyeleneh?
Akan tetapi faktanya, musibah itu sangat mungkin terjadi karena Allah menginginkan kebaikan untuk diri hambaNya lho. Sehingga kita perlu juga belajar bersyukur saat diberikan musibah. Baik berupa penyakit, berupa kehilangan anggota keluarga dan saudara, atau bisa juga berupa kehilangan pekerjaan serta hal menyedihkan lainnya.
“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuknya kebaikan maka Allah justru akan memberikan musibah kepadanya” (HR Al-Bukhari dan Ahmad)
Mengapa Allah justru memberi musibah untuk hamba-Nya yang Ia pedulikan?
- Karena Allah ingin memperlihatkan sifat asli sang hamba
Banyak orang yang baru kelihatan sifat aslinya ketika menghadapi musibah. Misalnya, sifat sombong, sifat psikopat, sifat munafik. Oleh karena itulah, Allah menimpakan ujian… agar terbukti kebenaran keimanan seseorang.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut : 2 )
- Karena Allah ingin menghapuskan dosa-dosa terdahulu
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).
Jangan keburu su’udzon pada Allah, karena jangan-jangan musibah terjadi akibat dosa-dosa dan maksiat yang kita lakukan di masa lalu. Dan ketika musibah tersebut Allah timpakan, sekalipun hanya berupa tertusuk duri kecil, Allah akan menghapuskan dosanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda,”Tidaklah dari seorang Muslim yang tertusuk duri hingga apa-apa yang lebih berat darinya, kecuali dicatat baginya derajat dan dihapus darinya dengan hal itu kesalahan.” (Riwayat Muslim).
- Karena Allah masih peduli pada diri hamba-Nya
Jika Allah sudah tidak peduli pada seorang hamba, maka itulah yang disebut dengan istidraj, yakni pembiaran Allah pada hambanya.
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)
Maka, bukankah datangnya musibah benar-benar perlu untuk disyukuri? Artinya Allah masih menyayangi kita, dan tidak membiarkan kita terombang-ambing tanpa tahu tujuan hidup. (SH)
Leave a Reply