Kedudukan anak yang paling utama di hadapan kedua orang tua adalah manakala sang anak dapat menyenangkan hati mereka. Namun berbeda jika sang anak telah menjadi cahaya mata serta hati keduanya; kehadiran anak menjadi sebuah titipan yang sangat disyukuri dan menjadi pelajaran berharga bagi ayah-bunda.
Adalah Zahratun Nisa (4). Cantik, bersemangat, dan mudah akrab dengan dengan banyak orang. Sebagai malaikat kecil yang hidup di tengah-tengah Suku Banjar, lidahnya sangat cakap berbahasa ibu. Gadis cilik yang masih belajar berbahasa indonesia ini berasal dari Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser, tepat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan.
Gadis cilik murah senyum itu harus menempuh perjalan sekitar 10 jam menuju Balikpapan dari tempatnya tinggal. Bersama kedua orang tua, ia lalui daratan dan lautan untuk menjalani perawatan pada salah satu bagian inderanya.
Nisa untuk pertama kali menginjak Balikpapan; tidak ada alasan lain selain untuk kesembuhan matanya. Katarak telah merenggut perlahan kedua mata Nisa semenjak usia menginjak 7 bulan. Kalau ditanya, Nisa hanya mampu menjabarkan latar putih-putih di sekelilingnya.
Nisa kecil harus meraba raba sekeliling untuk memastikan jalan yang dilaluinya. Saat tim IZI Balikpapan berjumpa dengan Nisa, seringkali ia terbentur benda-benda yang ada. Meski demikian, bukan tangisan atau gerutu yang tersulam di wajahnya, tetapi senyum indah dari balik matanya yang dihinggapi bercak putih serupa kapas.
Bagi Marhat, sang ayah, bagaimana pun bentuk itu kini, Nisa tetaplah cahaya matanya. Tak pernah Marhat berhenti menengadahkan tangan kepada Allah SWT untuk kesembuhan mata sang buah hati.
Saat tim IZI mewawancarai Marhat, ia mengaku khawatir tinggal di Balikpapan akan kena tipu, karena Bahasa Indonesia-nya yang kurang baik. Namun di RSP, ia mengaku banyak dibantu.
“Kami sudah diterima dengan baik di sini. Nggak tahu lagi harus ke mana pakai uang pas-pasan gini. Tapi, di sini semuanya lengkap. Jadi kami bisa hemat. Cukup lah buat jajan Nisa sama kakaknya,” ujar Marhad dengan logat Banjarnya yang ketal.
Nisa pernah bilang ke Ayahnya ingin cepat-cepat bersekolah, agar dapat berangkat ke sekolah bersama Muna, sang kakak, yang kini kelas 2 Sekolah Dasar.
Zahratun Nisa sempat tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI perwakilan Kalimantan Timur demi menunggu proses operasi mata di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo. Alhamdulillah, proses operasi di bagian mata sebelah kanan telah dilaluinya. Menyusul sebelah kiri matanya akan berlanjut, sekiranya dokter memberikan izin.
Semoga Allah beri kelancaran pada proses kesembuhan Nisa agar ia tak hanya menjadi cahaya mata bagi orang-orang terdekat, tetapi bagi dunia. (Mentari/DH)
Leave a Reply