(Bogor) – Keasrian Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, masih berupa lansekap hutan. Sepanjang perjalanan, tim IZI berkonsentrasi pada rimbun pepohonan hijau, bebukitan, tebing yang curam, aliran sungai yang jernih, dan bebatuan tajam.
Mobil tim assessment IZI berangkat dari Jakarta pukul 10.00 pagi dan baru sampai ke kediaman Adik Capil pukul 13.30 Wib. Perjalanan ini membutuhkan kesabaran tinggi sebab beratnya aral rintang. Ban mobil sempat pecah; semua penumpang membayangkan betapa beratnya Capil yang cidera mencari rumah sakit.
Capil yang ceria seringkali membantu orangtuanya mencari bambu di hutan. Tepatnya tiga bulan yang lalu, Capil diserang ular saat tengah mengambil bambu. Sempat pulang ke rumah, ia tidak memberitahu kondisinya dan kembali ke hutan, untuk memungut bambu-bambu yang berserakan.
Tanpa disangka, binatang melata itu masih bersembunyi di tempat yang sama. Ia pun kembali diserang ular berbisa. Kali ini Capil tak merasakan rasa sakit seperti sebelumnya, namun hal itu lah yang menjadi petaka berikutnya.
15 hari pasca-serangan ular berbisa, kaki Capil mulai membusuk. Kondisi ini membuat seluruh desa geger, dan membawanya langsung ke RSUD Bogor untuk penanganan medis darurat. Kaki kanan Capil pun harus diamputasi.
Wawasan yang kurang mengenai kesehatan dari orangtua Capil, terutama pertolongan pertama pada luka akibat serangan ular berbisa. Ditambah lagi kontur jalanan di desanya yang berat, menjadikan keluarga tersebut alpa.
Perihal ini menggerakkan tim IZI khusus mendatangi Capil. Dalam usia semuda itu, ia harus kehilangan salah satu bagian tubuhnya. Hari Rabu (04/07/19) kemarin, tim assessement telah melakukan pengukuran kaki palsu bagi anak berumur 12 tahun tersebut.
Di sela-sela pengukuran tersebut, tim IZI spontan memberikan pertanyaan terkait masa depan Capil, “Apa sih, cita-cita Capil nanti setelah dewasa?”
“Saya mau jadi kyai, pak!” Jawabnya lugu. (Muri/DH)
Leave a Reply