Meskipun Ummu Salamah sangat sibuk dengan berbagai kegiatan ibadah, mempelajari sunah Rasulullah ﷺ. dan mendidik anak-anaknya, tapi ia selalu mendorong semangat suaminya agar terjun di seluruh medan jihad untuk menegakkan panji tauhid, Laa Ilaaha Illallah.
Setelah negara Islam berdiri di Madinah dan kaum muslimin diperbolehkan berjihad untuk melawan musuh-musuh agama Allah, Abu Salamah segera bergabung dengan barisan pasukan mujahidin yang berjuang di jalan Allah. Abu Salamah berjasa besar dalam peperangan tersebut, salah satunya medan pertempuran Badar yang telah menyaksikan ketangguhan dan kegagahannya.
Setahun telah berlalu dari peristiwa Perang Badar. Seperti yang sudah diyakini sebelumnya, kaum musyrikin telah mempersiapkan diri untuk menyerbu kaum muslimin. Untuk itu, kaum muslimin menyongsong pasukan musyrik yang telah bermarkas di bawah gunung Uhud. Di sinilah pertempuran kembali berkecamuk antara pasukan antara pasukan muslim dan pasukan musyrik.
Dalam perang ini, Abu salamah ra. menunjukkan kesetiannya yang sangat besar dalam barisan pasukan Muhammad ﷺ. Ia berjuang dengan gigih hingga sebatang anak panah yang dilepaskan oleh Abu Usamah Al-Jusyami menembus lengannya. Setelah perang usai dan pasukan muslim kembali ke Madinah, Abu Salamah berjuang menyembuhkan lukanya selama satu bulan. Selama menjalani proses penyembuhan, sang istri, Ummu Salamah selalu setia mendampinginya dan memberi perhatian yang sangat besar hingga sembuh. Bumi Uhud telah menjadi saksi bisu atas kebesaran Abu Salamah karena darahnya yang suci telah membasahinya.
Mahmud Al-Mishri. 2014. 35 Sirah Shahabiyah (35 Sahabat Wanita Rasulullah saw.). Al-Ihtisom Cahaya Umat: Jakarta. hlm. 245
Leave a Reply