JAWA TIMUR – Suntianingsih (39) tak menyangka kalau gejala pusing-pusing yang dirasakan anak gadisnya Binti Endah Wahyuningsih (18) akan menjadi penyakit yang sangat berat. Ia mengira, penyakit yang diderita puteri pertamanya itu hanya pusing biasa. Namun, ternyata pusing itu menjadikannya tiba-tiba pingsan saat di kelas, yang membuat siswi SMAN 1 Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur itu harus dilarikan ke RS Bhayangkara Nganjuk.
Setelah dilakukan diagnosa ulang dan di-scan, ternyata Binti Endah Wahyuningsih menderita penyakit yang berbahaya, yaitu pembuluh darah di otak pecah. Dalam ilmu kedokteran, hal itu disebut malformasi arteri. Karena keterbatasan sarana dan prasarana medis, kemudian ia dirujuk ke RS Dr. Soetomo Surabaya.
Karena penyakit itu, Binti Endah harus menjalani tindakan operasi bedah otak atau kraniotomi. Kraniotomi merupakan prosedur bedah yang dilakukan dengan cara membuka dan mengangkat sebagian kecil tulang tengkorak untuk melakukan tindakan medis pada otak.
“Binti sudah dua kali operasi otak. Dia diambil tempurungnya, selama 4 bulan kepalanya Binti gak punya tempurung.” ujar Suntianingsih, sambil menyeka air matanya. Balutan kesabaran terus mempertebal hatinya, membuat ibu yang juga merangkap menjadi office girl Rumah Singgah Pasien (RSP) ini menjadi pribadi yang tegar. “Saya pasrahkan semua ujian ini kepada Allah,” tambahnya.
Sebelumnya, Suntianingsih sendiri juga pernah jatuh dari sepeda motor, hingga masuk ke jurang sedalam 10 -15 meter, saat menaiki tanjakan di perbukitan bebatuan. Masih beruntung, dia nyangkut di pohon jati. Namun, akibat kecelakaan itu warga Dusun Macanan, Loceret, Nganjuk, harus kehilangan giginya rontok terbentur batu.
Sedangkan Joko, suaminya yang hanya sebagai tukang kuli bangunan menyadari untuk pengobatan putrinya sangat membutuhkan biaya yang sangat banyak.
“Sebelumnya, Binti pernah operasi kaki, kemudian operasi otak. Belum selesai ujian penyakit yang satunya, Allah telah menguji lagi lewat putri saya dengan penyakit lainnya, yaitu ada benjolan di payudaranya. Semacam tumor namun tidak ganas, ” katanya menirukan dokter.
Bersyukur, keluarga Suntianingsih dipertemukan dengan relawan IZI perwakilan Jatim, kemudian ia dibawa ke RSP Jatim 2, di Jalan Luntas, No.15, Surabaya, Jawa Timur yang tak jauh dari RS Dr. Soetomo.
Kini, setelah hampir satu tahun dirawat bersama para pasien dan pendamping pasien laninya di RSP IZI, ia merasa lebih tenang dan lebih sabar menerima ujian dan cobaan ini. “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena adanya RSP ini sangat membantu saya,” tutur Suntianingsih kembali mengucapkan rasa syukurnya.
Tidak lupa, ia pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada tim IZI yang telah membantunya. “Semoga para donatur IZI selalu diberkahi rezekinya, diberikan kesehatan dan keberkahan keluarganya,” ucapnya menambahkan. (Dyt/IZI Jatim/ Editor: Fajri)
Leave a Reply