Apakah kita termasuk golongan orang yang suka meremehkan dosa-dosa kecil?
“Aah… cuma mengambil uang sedikit saja kok.”
“Hanya menghisap rokok sebatang sehari…”
“Cuma marah-marah sebentar doang.”
Sesungguhnya tidak ada dosa yang disebut dosa kecil, karena ketika kita melakukan dosa tersebut dengan kesadaran… apalagi sampai mengulanginya kembali, artinya kita telah meremehkan aturan dan larangan Allah.
Berikut ini 3 hal yang menyebabkan dosa yang dianggap remeh dan kecil berubah menjadi dosa yang bernilai besar di sisi Allah:
- Dilakukan secara kontinyu
Allah menyukai amalan shalih dan amal ibadah yang dilakukan secara kontinyu alias terus-menerus, tetapi membenci dosa yang dilakukan terus-menerus.
“Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus.” (HR. Ath-Thabrani)
Maka, sebisa mungkin untuk menahan diri tidak melakukan sebuah perbuatan dosa secara berulang, sekalipun kita menganggapnya dosa yang remeh saja. Astaghfirullah.
- Menyepelekan dosa
Dosa yang sebenarnya termasuk dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar ketika kita menyepelekannya dan memandangnya sebagai perbuatan remeh ibarat lalat yang terbang dan hinggap di hidungnya, tinggal ia kibaskan saja tangannya maka lalat itu akan pergi.
Ketika kita menganggap dosa yang kita lakukan seperti itu… tinggal kibaskan tangan sedikit langsung hilang, sangat mungkin dosa tersebut sudah masuk ke dalam golongan dosa besar.
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (HR. Bukhari)
Faktanya, maksiat atau dosa yang saat ini kita anggap remeh, adalah sesuatu yang nilainya besar dan bahayanya sangat mengerikan di zaman Rasulullah hidup. Contoh, dosa meninggalkan shalat fardhu, bukankah saat ini banyak muslim yang tidak melaksanakan shalat? Di zaman Rasulullah dulu, orang yang mengaku muslim namun tidak shalat sudah dianggap kafir karena meninggalkan apa yang telah Allah perintahkan untuk dilakukan.
“Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.” (HR. Bukhari)
- Memamerkan dosa
Inilah yang tak kalah mengerikan, memamerkan dosa yang dilakukan. Baik dengan cara menceritakannya ke orang lain, atau malah mempostingnya di sosial media, chat room, atau blog/vlog. Astaghfirullah… bukannya menyesali dosa, malah membanggakannya dan menyebarluaskan aibnya sendiri, inilah penyebab sebuah dosa yang awalnya kecil justru menjadi dosa besar jika kita melakukannya.
“Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahr adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang membuka ‘aib-‘aibnya yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari Muslim)
Demikianlah 3 hal yang perlu kita hindari, jangan pernah dilakukan, agar Allah tetap bersedia mengampuni dosa-dosa kita yang banyaknya bagaikan buih di lautan. Wallaahualam. (SH)
Leave a Reply