Gizi buruk dan hidrosefalus mendera Aqram, anak dari ibu Ratnaisah. Kelahiran tanggal 13 Mei 2013 di Sanggaran Agung Kerinci itu kehilangan sosok ayah dan hidup tak berkecukupan.
Ayah Aqram meningal di Kerinci, Jambi, saat Aqram masih dalam kandungan.
Aqram diketahui menderita penyakit hydrosepalus dan gizi buruk melalui pemeriksaan medis di rumah sakit setempat. Karena terkendala biaya dan maka dilakukan berobat jalan.
Di tahun 2017, Aqram sempat mendapat tindakan operasi di salah satu rumah sakit di Kota Padang, Sumatera Barat. Selama menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, Aqram tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI Sumatera Barat selama satu minggu.
Sehari-hari Aqram hanya bisa terbaring di tempat tidur. Selain menderita hydrosifalus dan gizi buruk, Aqram lumpuh bahkan tidak bisa berbicara dan makan.
Asupan nutrisi Aqram hanya berasal dari susu formula yang harganya mencapai Rp 300.000,-. Konsumsi susu dilakukan melalui dot atau melalui selang NGT.
Biasanya Aqram menghabiskan satu kaleng susu formula setiap pekannya. Namun karena tidak ada bantuan, ia hanya diberi susu SGM atau susu kental manis.
“Dulu waktu di Kerinci ada bantuan rutin dari sebuah komunitas muslim mas. Sebulan dikasih 3 kotak susu yang sedang. Sekarang, karena sudah pindah, jarang ada yang bantu. Penghasilan suami ga sebarapa. Sekedar untuk makan dan bayar kontrakan saja kadang-kadang masih kurang,” tutur ibu Ratnaisah.
Saat ini Aqram tinggal di Bengkulu, tepatnya di Desa Taba Pasemah Bengkulu Tengah bersama keluarga barunya. Ibu Ratnaisah menikah dengan Bapak Edi Supardi Pada Tahun 2019.
Bapak Edi Supardi adalah pekerja serabutan yang penghasilanya pas-pasan. Diusianya yang ke-7 tahun, berat badan Aqram tidak pernah mencapai 17 kg.
Atas kepedulian IZI Bengkulu kepada Aqram, Ibu Ratnaisah menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Namun masalah Aqram belum selesai dan masih memerlukan uluran tangan dari saudara-saudara muslim yang lain. (izi bengkulu/Ed)
Leave a Reply