BENGKULU – Sehari-hari Ibu Yesmita berjualan seblak, es, mie ayam dan lainnya di Pasar Tradisional Padang Serai, Kampung Melayu. Profesi tersebut sudah dijalaninya selama 2 tahun, sementara sang suami, Pak Jul Pahri Lubis (36) bekerja di bengkel mobil.
Yesmita tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Hasil berjualan seblak tidak menentu, akan tetapi tidak menjadi penghalang semangat berjualan karena tuntutan keluarga dalam menambah penghasilan, walaupun sangat terasa pendapatan sebelum dan sesudah pandemi khususnya di Bengkulu.
“Iya Mas pendapatan dulu sebelum corona bisa Rp 100.000,- lebih perhari, tapi sekarang tidak sampai Rp 50.000,- perhari,” ungkap Ibu Yesmita.
Terlebih lagi ketika anak-anak sekolah harus belajar daring dari rumah, tidak bisa berjualan di sekolah. Anak pertama Ibu Yesmita, Chintia Adetia Luis berumur 12 tahun saat ini duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 6, serta anak keduanya bernama Frinco Adetia Lubis yang berumur 10 tahun kelas 4 SD.
Semenjak 2 minggu terakhir, anak-anak sekolah sudah boleh untuk belajar tatap muka di sekolah. Kondisi normal seperti sedia kala memang turut dinantikan semua pelaku usaha, tidak terkecuali pedagang kecil seperti Ibu Yesmita.
“ Kalau pulang sekolah anak-anak kan bisa makan seblak dulu. Terima kasih banyak donatur IZI, dengan adanya bantuan modal usaha ini saya bisa membuat etalase yang baru dan menambah menu jualan,” ujar Ibu Yesmita.
Alhamdulillah melalui Program Proteksi Keluarga Mustahik, IZI Perwakilan Bengkulu memberikan bantuan modal usaha kepada Ibu Yesmita. Modal tersebut akan digunakan untuk membuat etalase dan tambahan modal jualan.
Leave a Reply