Suasana Syawal masih terasa ketika seorang pasien datang ke Rumah Singgah Pasien IZI Jatim. Kondisinya tampak lemah, kesadarannya belum pulih sempurna. Pasien itu bernama Yuliati Rahmah.
Wanita berusia 34 tahun berdomisili Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah itu diserang tumor ganas pada bagian otaknya. Perihal ini membuat Yuliati tak sadarkan diri selama 2 bulan sebelum akhirnya dirujuk ke RS Dr. Soetomo Surabaya. Pahitnya lagi, kondisi ini terjadi tak lama setelah beliau menikah, dan dipaksa harus melahirkan buah hati pertamanya sebelum 9 bulan, demi operasi beresiko yang harus dijalaninya.
Adalah bapak Edison , laki-laki tabah yang selalu setia mendampingi bu Yuliati. Seorang guru honorer di sebuah SMA di Kotawaringin Timur ini sudah 4 bulan meninggalkan pekerjaannya demi mendampingi sang istri.
“Saya sudah 4 bulan tidak mengajar dan menghilang tanpa kabar. Saya sudah pasrah kalau harus kehilangan pekerjaan.” Ungkapnya.

Ternyata ada cerita indah di balik besarnya rasa kesetiaan pak Edison kepada sang istri. Pak Edison merasa hidupnya berubah 180 derajat setelah menikahi perempuan asli Bima, NTB ini.
“Saya adalah mantan preman di Kotawaringin mba. Semua penjahat di kota ini saya kenal. Saya sudah menjalani semua kehidupan gelap, sudah tidak mengerti mana halal dan haram. Bahkan, saya sudah mengikuti hampir semua ritual untuk masuk agama Hindu.” Begitu kisahnya.
Pak Edison mungkin tak pernah menyangka bahwa kasih sayang Allah begitu besar kepadanya meski sudah tak terhitung lagi dosa yang ia lakukan. Begitulah kuasa Allah membolak-balikkan hati manusia.
Hingga di suatu titik tertentu, ia bertemu dengan perempuan teman masa SMA nya dulu yang terkenal berakhlak baik.
“Saya bertemu Yuliati lagi pas sebelum saya menjalani ritual terakhir untuk masuk kepercayaan tertentu. Saya tidak percaya bagaimana mungkin dia mau menerima saya, padahal saya sudah pernah beristri dan memiliki masa lalu yang gelap. Sedangkan dia adalah wanita baik baik.”
Ibu Yuliati sejatinya wanita baik-baik. Dia pandai menjaga diri sejak muda; tidak mau menjalani hubungan yang tak diridhoi-Nya, dan aktif ikut Musabaqah Tilawatil Qur’an di daerahnya. Beberapa surah Al-Qur’an pun tertancap dengan jelas di ingatannya.
“Setelah menikah dengannya, merokok pun sudah saya tinggalkan. Di sekolah, saya berusaha mengajarkan murid-murid saya untuk mengenal Islam sebagai rahmatan lil alamin. Alhamdulillah, murid-murid saya yang dulu suka mabuk-mabukan sekarang sudah berkurang. Masjid sekolah juga mulai ramai dan bahkan kemarin ada murid saya yang menjadi mualaf.”
Beliau melanjutkan, “Istri saya seperti rahmat dari Allah untuk saya. Saya bertekad tak akan meninggalkannya. Jika saya harus memilih seluruh dunia atau istri saya, saya akan memilih istri saya.”
Dari kisah pak Edison, kita belajar bahwa kasih sayang dan ampunan Allah sangatlah luas. Selama matahari tak terbit dari arah tenggelamnya, selama itu pula Allah membuka pintu bagi siapapun untuk bertaubat. Dan Allah Maha Kuasa untuk memberikan cahaya hidayah bagi siapapun yang dikehendaki-Nya, tak peduli seberapa besar keburukan yang telah ia lakukan.
“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)
Saat ini, Allah tengah menguji keimanan pak Edison dan bu Yuli dengan sebuah sakit mematikan yang datang tiba-tiba dan seakan merubah jalur hidup mereka. Dan memang begitulah jalan orang beriman, selalu penuh terjal dan ujian. Namun, bersama itulah Allah persembahkan rahmat dan pahala yang tak terhingga bagi mereka yang selalu menjaga sabar dan syukurnya.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.“ (Al Baqarah : 214)
Rumah Singgah Pasien IZI Jatim
Leave a Reply