Bertepatan tanggal 14 Februari banyak orang terlebih muslim ikut merayakan Valentine yang katanya adalah perayaan hari kasih sayang. Padahal perayaan valentine bukanlah perayaan hari kasih sayang, tapi merupakan hari festival Lupercalia setiap tanggal 13-15 Februari yang dilakukan bangsa Romawi untuk meminta kesuburan kepada Dewa Kesuburan, namun perayaan ini penuh dengan kekerasan, dan pengundian untuk mendapatkan pasangan.
Pada saat itu, para pria Roma mengorbankan hewan, seperti kambing dan anjing untuk para dewa. Setelah mengorbankan hewan-hewan, para pria Roma mencambuk para wanitanya dengan cambuk yang terbuat dari kulit hewan yang dikurbankan tadi, tak hanya laki-laki, para wanita pun mengantri untuk dicambuk. Cambukan itu diyakini bisa memberikan kesuburan bagi mereka.
Lalu akan dilakukan undian untuk mendapatkan pasangan, setiap peserta laki-laki mengambil undian yang sudah dituliskan nama perempuan yang akan menjadi pasangan mereka. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun hingga upacara tahun depannya lagi dan sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah tidak memiliki pasangan lagi, para wanita tadi pun akan melakukan hal yang sama kembali dan seterusnya.
Sementara itu asal-usul perayaan Valentine merupakan hari perayaan kaum Nasrani yang masih berkaitan dengan sejarah festival Lupercalia yang dilakukan bangsa Romawi.
Mengutip dari VOA Islam, yang ditulis oleh Ardiannur Ar Royya, Penggiat Diskusi di CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst).
Pada tanggal 14 Februari adalah hari kematian pendeta Kristen St. Valentine, Pada saat itu ia hidup di masa Kaisar Claudius yang dikenal luas sebagai seorang kaisar yang kejam., dan ia sangat membenci kaisar tersebut. Kaisar Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar dan kuat, karena itulah ia menginginkan semua pria yang ada di wilayah kerajaannya bergabung di dalamnya dan menjadi pasukannya. Sayangnya, banyak orang yang menentang keinginannya ini. Hal ini disebabkan karena para pria tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Tentu saja hal ini membuat Kaisar Claudius marah dan ia pun memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide yang sangat gila.
Kaisar Claudius berpikir jika para pria tidak menikah maka mereka tidak akan memiliki alasan lagi untuk tidak bergabung menjadi pasukan kerajaannya. Lalu Kaisar Claudius pun melarang adanya pernikahan di kerajaannya. Masyarakat di dalam kerajaannya menganggap bahwa ide ini sangat tidak masuk akal, terutama para pasangan muda. Karenanya St. Valentine pun menolak ide gila Kaisar Claudius ini.
St. Valentine pun tetap melaksanakan aktivitasnya untuk menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia sebagai seorang pendeta. Lama kelamaan aksi ini akhirnya diketahui oleh Kaisar Claudius dan kontan kaisar pun langsung marah. Awalnya ia hanya memberikan peringatan kepada St. Valentine namun tidak pernah digubris dan St. Valentine tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Hingga pada suatu malam, ia tertangkap basah ketika memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun sayang St. Valentine tidak berhasil melarikan diri dan akhirnya ia pun dijebloskan ke dalam penjara. Keesokan harinya ia divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Kematian St. Valentine ini bertepatan dengan tanggal 14 Februari. Kisahnya pun menyebar dan meluas ke seluruh Roma.
Sebagai penghargaan dan untuk mengingat Valentine maka, Paus Gelasius 1 mengubah upacara Lupercaria yang sebelumnya dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi oleh gereja. Beberapa tahun kemudian, tanggal perayaan diganti menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan bahkan pengkultusan (pengagungan) pada dirinya. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan “Valentine Days”. Kemudian menjadi ritual budaya gereja, dan perayaan itu dijadikan menjadi ajang untuk saling memberi hadiah.
Sahabat, setelah mengetahui sejarah Valentine yang merupakan hari penyembahan berhala bagi bangsa Romawi dan pengkultusan pendeta bagi kaum Nasrani, masihkah mau merayakannya? Jika kita tetap ikut-ikutan merayakannya sama saja kita telah mendukung adanya kesyirikan terhadap Allah. Bahkan Allah sangat membenci perbuatan Tasyabuh ‘Meniru gaya kaum kafir’.
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi)
Tasyabuh tetap terlarang dalam syariat walaupun pelakunya tidak berniat untuk tasyabbuh. Karena larangan tasyabbuh tidak melihat niat, namun melihat perbuatannya. Walaupun pelakunya tidak meniatkan diri untuk menyerupai orang kafir, tetapi hasil dari perbuatan yang dilakukan adalah ia menjadi serupa dengan orang kafir dan memiliki salah satu ciri khas orang kafir. Oleh karena itu tetap terlarang, walaupun tidak berniat demikian.
Sahabat, jangan sampai kita ikut-ikutan trend dan takut dibilang tidak gaul atau tidak modern, akhirnya membuat kita tasyabbuh sehingga Allah menjadi murka kepada kita.
(Ayu Lestari)
Leave a Reply