Bagian 1
Ramadhan bulan mulia. Bulan dimana amal ibadah yang pahalanya dilipatgandakan oleh Allah serta keberkahan tak terbatas. Di bulan ini pula banyak orang tergerak membantu sesama dalam beragam bentuk dan jenis bantuan yang diberikan. Dalam hal ini, Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) pun tak jauh berbeda, di bulan ini penuh dengan agenda berbagi bersama kaum Dhuafa yang membutuhkan. Amanah dari para Muzaki sejak awal begitu deras kepada IZI untuk segera ditunaikan dengan baik dan tepat sasaran sesuai prioritas program di bulan ramadhan ini.
Distribusi Paket Ramadhan dan Ifhtar IZI tahun 2018 ini tak hanya untuk para Dhuafa dan Fakir Miskin yang ada di dalam negeri. Yang tersebar di berbagai daerah kantong kemiskinan, kekurangan bahan makanan serta daerah-daerah Mualaf hingga pinggir perbatasan yang ada di Indonesia pun turut IZI bantu dan salur bantuan. Sebaran program ramadhan IZI ini tak hanya tersebar dari pedalaman Pulau Sumatera, Jawa, Aulawesi, Kalimantan hingga di kampung-kampung penduduk asli Papua, namun tahun ini program Ramadhan IZI disalurkan hingga ke Myanmar. Menyambangi berbagai kampung dan Kamp Pengungsi Muslim yang tersebar dan hidup sementara dalam berbagai keterbatasan yang ada.
Tahun ini IZI mengutus langsung Nana Sudiana, Direktur Pendayagunaan IZI untuk menyapa secara langsung sekaligus memberikan paket ramadhan dan buka puasa untuk para pengungsi muslim yang tersebar di negara bagian Rakhine, salah satu propinsi di Myanmar.
Sebagaimana kita tahu, para pengungsi Muslim di Myanmar paska konflik yang melanda pada tahun 2012 lu, berakinat pada kehidupan mereka yang terkatung-katung dan hidup berdasar bantuan dari luar. Mereka yang berada di kampung-kampung atau yang dibatasi setiap saat oleh aparat keamanan di sana tak bisa keluar masuk area-area tertentu, terutama ke kota atau kampung yang bukan menjadi tempat mereka berada.
Perjalanan panjang saat ramadhan, memang tak mudah. Apalagi berseorang diri dalam posisi menuju daerah yang tak sepenuhnya bisa diprediksi situasinya. Namun dengan izin Allah serta keyakinan yang senantiasa disandarkan pada pertolongan dan kemudahan dari Allah, akhirnya perjalanan ini dimulai pada awal Ramadhan, saat 19 Mei 2018 pekan lalu.
Walau badan tak sesegar orang-orang yang tak berpuasa, namun kami bersyukur setelah melewati guncangan di dalam pesawat karena cuaca yang tak bersahabat ditambah harus transit sejenak di Bandara Suwarna Bhumi Bangkok (Thailand) yang akhirnya tiba di Yangon. Yangon sendiri merupakan Ibukota Myanmar sebelumnya. Ibukota resmi saat ini adalah Kota Naypyidaw yang memang sengaja dipindah pemerintah sejak November 2005.
Negara Myanmar sendiri berbentuk pemerintahan Republik, ia juga menamakan dirinya Republik Persatuan Myanmar. Negara ini sebelumnya dikenal dengan nama Birma atau Burma. Negara seluas 676.578 km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak terjadinya kudeta pada tahun 1998. Myanmar juga masuk dalam kategori negara berkembang di Asia Tenggara. Negara yang populasinya lebih dari 51 juta jiwa (sensus 2014) merupakan negara yang berdaulat dan menjadi anggota Asean sejak tahun 1997. Secara letak geografis, Myanmar berbatasan dengan India dan Bangladesh di sebelah barat, Thailand dan Laos di sebelah timur dan China di sebelah utara dan timur laut.
Sesampainya di Yangon, Tim IZI istirahat sejenak setelah sehari kemudian pada Minggu (20/5) hendak melakukan koordinasi dengan Tim Kemanusiaan Indonesia setempat yang telah terlebih dahulu berada di Myanmar dan sebagai koordinator tim teknis lokal yang berasal dari Myanmar.
Puasa ditengah mayoritas negeri yang penduduknya tak berpuasa memang menjadi ujian dan tantangan tersendiri. Terlebih cuaca yang panas dan tingkat kelembabannya yang tinggi. Siang hari suhu bergerak diantara 31 hingga 32 derajat celcius dan terkadang lebih. Ini pula alasan kenapa hampir sebagian besar orang-orang disini memakai alat payung untuk menghindari sengat cahaya matahari dan sebagian besar pula para kaum Ibu ataupun remaja menggunakan semacam kosmetik bedak basah sebagai pelembab tradisional yang disebut Tanaka.
Bersambung
Ditulis dalam perjalanan Yangon-Bangkok, Jum’at, 25 Mei 2018
Penulis: Nana Sudiana
Editor: Tim Media IZI
Leave a Reply