SURABAYA – Tri Rahardjo mendatangi kantor IZI Jawa Timur (2/9/19) bersama istri serta anaknya yang bernama Ikhwan (8 thn) dan Hanifah (3 thn). Nampak pakaiannya lusuh yang ditutupi dengan jaket driver ojek online.
Mereka bermaksud mengajukan bantuan beasiswa untuk kedua anaknya tersebut. Setelah melihat rincian pembiyaan yang diberikan kepada tim IZI perwakilan Jatim, total sebesar 5 juta uang yang mereka butuhkan untuk mendapati peralatan serta biaya pendidikan yang dibutuhkan.
“Saya ngojol, Mbak. Kadang dapat 1-1,5 juta rupiah. Itu pun tidak cukup untuk biaya sehari-hari. Apalagi membayar biaya sekolah dan pengobatan anak-anak,” kata Bapak berusia 38 tahun tersebut.
Kemudian Tri dan keluarga memutar otak bagaimana agar tetap bisa menyambung hidup. Ia pun kerja sambilan sebagai marketing properti. Akan tetapi, pekerjaan tersebut tidak begitu menjanjikan, karena di tahun 2019 ini, belum ada rezeki yang masuk dari sektor tersebut.
Tri sempat bekerja di sebuah perusahaan. Namun karena ada insiden kecelakan sang istri, ia pun harus bolak-balik mengantar kontrol ke sang istri ke rumah sakit, hingga ia harus di PHK pada tahun 2015.
Tidak hanya itu, keluarga itu memiliki empat anak yang semuanya mengalami sakit. Anak pertamanya, Ammar (11 thn) mengalami dekstrokardia (letak jantung berada di sebelah kanan). Ia juga korban bullying saat kelas 2 SD. Diketahui, pelakunya adalah gurunya sendiri yang seorang murtad dan mengajak bocah berdoa dengan bernyanyi.
“Ammar dipukul, dikucilkan dari kelasnya. Anak saya itu tahu kalau lagu yang dibawakan Bu guru itu nyanyian gereja,” ungkap sang Ibu.
Setelah kejadian itu, Peni melapor kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Atas kejadian itu, anak-anak mereka trauma untuk masuk ke sekolah negeri (meskipun gratis). Sehingga, sewaktu kelas 3, Ammar dipindahkan ke MI Muhammadiyah 5 Surabaya.
“Disana saya berharap Ammar bisa sembuh dari bullying dan bisa menerima pelajaran agama yang lebih baik,” tambahnya.
Langkah Ammar diikuti oleh Luqman (9 thn), yang saat ini duduk di kelas 3 di sekolah yang sama. Ia juga mengalami sakit di sekitar pendengaran. Sesekali juga harus kontrol ke rumah sakit.
Anak ketiga, Ikhwan (7 thn) mengalami speech delay yang mengakibatkan keterlambatan berbicara. Sedang si bungsu, Hanifah (3 thn) memiliki kasus yang komplek, yaitu delay in walking, speech delay, dan sebagainya. Peni mengatakan jika anak keempatnya itu masuk di belasan poli saat kontrol di rumah sakit.
Dengan keterbatasan tersebut, keluarga kecil yang tinggal di Jln. Jojoran Perintis 2, No. 19, Surabaya mereka tetap teguh untuk memperjuangkan kepulihan bagi anak-anaknya. Semangat pula mencari dana agar anak-anaknya bisa sekolah.
“Saya berterima kasih kepada IZI. Semoga selalu diberikan kelancaran dalam menyalurkan zakat,” harap Peni sebagai penutup. Ammar dan Luqman merupakan penerima dari Program Terpadu dengan layanan beasiswa khusus. (Susi/ IZI Jatim/ Editor: Fajri)
Leave a Reply