Surabaya – Adalah Ibu Sani (64 tahun), sekian dari banyak orang yang menderita Tumor Colli. Kisahnya sangat memilukan. Bagaimana tidak, dia harus melawan penyakitnya itu di tengah-tengah kehidupan ekonomi yang serba kekurangan.
Tumor colli atau tumor di leher, biasanya ditandai dengan benjolan di sekitar leher. Benjolan itu bisa saja berukuran besar hingga jelas terlihat, atau berukuran kecil hingga sering diabaikan keberadaannya.
Sementara Sani sendiri, sempat dioperasi di salah satu Rumah Sakit di Bojenegoro. Namun sayang operasinya gagal, karena penyakit yang dideritanya sudah terbilang parah.
Dia mengaku, setelah gagal operasi di Bojenegoro, Sani kemudian harus dirujuk ke RS Soetomo Surabaya. Namun dia tidak melakukan kontrol secara intensif karena pulang ke rumahnya di Bojonegoro.
“Saat menunggu di rumah itu, saya drop. RS di Bojonegoro sendiri tak bisa menangani, karena sudah jadi rujukan Surabaya,” kenangnya, matanya sambil berkaca-kaca.
Sambil terus sesegukan, Sani menjelaskan, bahwa mau tak mau dia harus balik ke Surabaya. Sementara dirinya tak punya banyak uang. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus terus berjuang.
“Setiap berangkat ke Surabaya, biaya transprotasi ditanggung warga sekitar atau talangan tetangga,” ucapnya lirih disertai tangisan di hadapan Tim IZI.
Suaminya kata dia, sebagai buruh tani padi. Di mana setiap panen dalam setahun penghasilannya hanya hanya enam ratus ribu rupiah.
Sementara aktivitas sehari-hari, lajut dia, suaminya membuat cikrak sampah, dengan harga Rp 12.000,- satu biji. “Dalam satu minggu belum tentu laku satu biji,” sambungnya.
Dia sangat bersyukur, ada Rumah Singgah Pasien (RSP) IZI, di Surabaya, yang menyediakan tempat tinggal dan makan gratis selama pengobatan.
“Alhamdulillah, terima kasih. Saya tidak harus bolak-balik, Bojenegoro-Surabaya. Rumah singgah ini sangat Meringankan beban saya,” katanya penuh syukur.
Tinggal sementara di rumah singgah pasien Sani kerap dijaga anak kandungnya, Pujiatin juga cucunya bernama Udin.
Menurut ibu Sani, rumah singgah ini sangat bermanfaat untuk para pasien yang kurang mampu, karena untuk kos dan makannya juga mahal. Apalagi seperti dirinya yang harus rawat jalan, dan membutuhkan waktu lama.
“Alhamdulillah ketemu dengan RSP IZI Jatim, sehingga untuk tempat tidur makan dan diantar ke rumah sakit secara gratis,” paparnya.
Sani bercerita, awalnya bertemu dengan pak Yasin di depan GDC dr Suetomo Surabaya. Saat itu dia bingung mau tinggal dimana. Maka pak Yasin lah yang kemudian memberi tahu tentang keberadaan RSP IZI.
“Sehingga saya diajak oleh beliau ke rumah singgah ini, saya tidak bisa membayangkan kalau sampai saya tidak ketemu dengan RSP ini,” katanya. (Hadi/DH)
Leave a Reply