SULAWESI TENGAH – Keterbatasaan ekonomi membuat pemuda asal Desa Khatulistiwa Kabupaten Parigi Moutong, ini rela menempuh jarak ratusan kilometer dengan berpindah-pindah kendaraan transportasi untuk sampai ke Kota Palu.
“Karena kalau naik mobil rental harus bayar, sementara uang saya tidak cukup, motor juga tidak punya, jadi saya cari tumpangan gratis,” tutur Zulkifli.
Sesaimpainya di rumah, pemuda yang akrab disapa Kifli ini tidak lantas istirahat, ia bergegas ke kebun untuk mencari kayu bakar sebagai bahan memasak di rumah.
“Kompor gas ada, hanya tidak ada uang untuk beli gasnya, sebelum meninggal beberapa pekan lalu ayah saya juga sakit-sakitan, jadi kalau pulang ke rumah saya langsung gantikan perannya,” tambah Kifli.
Sempat beberapa kali Kifli harus menginap di masjid karena kendaraan yang ditumpanginya tidak sampai ke Palu sehingga harus menunggu keesokan harinya untuk mencari tumpangan.
Selama kuliah Kifli juga biasanya menjadi buruh harian, upah dari hasil kerjanya tersebut tidak saja digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah, namun juga terkadang sebagian sering dikirim untuk kebutuhan orang tuanya di kampung yang sedang sakit.
Kifli sebelumnya pernah mendapat tawaran beasiswa untuk lanjut ke perguruan tinggi di Jawa, karena ia adalah lulusan terbaik di sekolahnya, saat itu hanya ada tiga kuota untuk beasiswa yang telah di seleksi di tingkat Kabupaten dan salah satu yang dinyatakan lolos adalah Kifli.
Namun ayah Kifli tidak mengizinkannya untuk melanjutkan beasiswa tersebut karena melihat kondisi ibunya yang kala itu juga tengah sakit parah, ayahnya berharap Kifli kuliah di Palu saja agar tidak terlalu jauh dari orang tua. Kifli pun mendengarkan nasehat orang tuanya.
Saat ini Kifli dihadapkan dengan berakhirnya tenggang waktu pembayaran SPP. Melalui Program Mulia Inisiatif, IZI Perwakilan Sulawesi Tengah memberi santunan tambahan biaya pendidikan untuk Kifli. Ia pun berterima kasih kepada IZI dan donatur karena telah meringankan bebannya.
Leave a Reply