“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al Insyirah: 5)
Kita semua sejatinya manusia biasa. Kita bisa merasa senang, bisa juga berduka. Pun dalam hidup ini, kita juga bisa mengalami kebahagiaan atau penderitaan. Masalah dan kesulitan dalam hidup, sejatinya dialami semua manusia. Dengan jenis dan kadar yang berbeda, setiap orang pastinya punya masalahnya masing-masing.
Beragam masalah yang kita hadapi, sesungguhnya di mata Allah ia adalah yang paling sesuai untuk kondisi kita saat ini. Apapun masalahnya, entah soal pekerjaan, anak, istri, tetangga, hubungan dengan orang tua atau mertua, soal rumah, soal keinginan untuk bisa memiliki sejumlah barang dan sebagainya, tetap saja semuanya terasa berat bagi yang mengalami atau merasakannya.
Masalah juga kadang bukan soal fisik semata, kadang bahkan melibatkan batin atau jiwa. Begitu beratnya masalah yang dihadapi, bahkan bisa membuat orang yang tadinya sehat, bisa jatuh sakit, stres bahkan gila.
Menghindari masalah tentu diinginkan semua orang. Namun praktiknya, masalah kadang hadir tak mengenal waktu dan kondisi. Begitu ia datang, ya datang saja, entah apapun kondisinya. Siap atau tidak kita menghadapinya. Namanya juga masalah, tak pake ancang-ancang datangnya, apalagi pake persiapan segala.
Namun, masalah sejatinya bukan cara Allah menghancurkan atau menghukum kita. Bisa jadi, ini cara Allah akan menaikan “kelas kita” dalam kehidupan yang kita jalani. Sangat bisa jadi, berbagai masalah yang menimpa kita ternyata merupakan cara Allah mendewasakan kita. Agar bisa lebih berkualitas dan meningkat kehidupannya. Hal ini sebagaimana Firman Allah yang berbunyi :
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 115)
Dengan penjelasan dalam ayat tadi, bisa jadi Allah ingin menguji hidup kita lewat masalah-masalah yang ada. Lewat ujian tadi, Allah juga hendak menakar sejauhmana kemampuan bersabar kita dan kedekatan kita kepada Allah SWT.
Ujian dalam beragam masalah-masalah yang kita hadapi inilah nantinya yang akan membedakan kualitas diri kita di hadapan Allah. Dan ujian inilah yang sesungguhnya yang akan membuat diri kita lebih dewasa karena telah ditempa sebuah masalah.
Dengan masalah yang kita hadapi, kita akan paham bahwa ada solusi di setiap masalah. Dan di sanalah, kualitas kedekatan kita dengan Allah Sang Penyelesai Masalah akan tergambar.
Apakah ketika kita di sapa masalah, kita semakin mendekat, atau sebaliknya, lari menjauhi Allah, bahkan mengutuk-Nya karena merasa tak ada pertolongan-Nya?
Inilah esensi masalah, menjadi alat uji, keimanan, kesabaran dan sekaligus kedekatan kita dengan Allah SWT. Dengan banyak dan makin sulitnya masalah yang Allah berikan, idealnya kita justru semakin meningkat tingkat ketergantungan dan kedekatan-nya kepada Allah. Allah-lah satu-satunya penolong, satu-satunya yang akan membebaskan kita dari beragam cobaan dan masalah.
Dengan memahami substansi ini, dan mengambil hikmah dari setiap masalah, kita akan belajar bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik. Kita juga bisa belajar bagaimana bersyukur dan bersabar atas ujian yang terjadi.
Sungguh, ujian terjadi bukan karena Allah murka, tapi karena Allah ingin kita lebih kuat dengan segala masalah yang terjadi. Kita akan lebih dewasa dalam bersikap, akan lebih bijak dalam bertindak ketika masalah telah hadir dalam diri kita.
Tegarlah, dan Hadapi Masalah dengan Tegak
Kita semua harus tetap tegar ketika bertemu masalah. Sepahit dan seberat apapun. Bangunlah dan hadapi setiap masalah yang ada. Sungguh Allah selalu bersama kita. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita dalam kondisi apa pun. Mendekatlah kepada-Nya, berbicaralah kepada-Nya. Karena segala solusi dari berbagai masalah, hanya Allah yang mampu menyelesaikannya.
Dalam menghadapi masalah, kita juga harus punya keyakinan bahwa setiap masalah sesungguhnya merupakan media atau cara Allah SWT untuk meningkatkan derajat dan status kita sebagai hamba. Al-Quran surat Al-Insyiqaq ayat 6 menegaskan :
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya“.
Setiap kita mungkin merasa berat dan tak sanggup menghadapi masalah yang kita miliki. Namun ketahuilah, bahwa memang sudah menjadi takdir dari-Nya bahwa setiap orang pastilah berbeda kondisinya, sehingga Allah pun memberikan masalah masing-masing kita dengan jenis dan kadar yang tak sama.
Cerita Kura-Kura dan Kelinci di masa kecil Kita
Dalam dongeng masa kanak-kanak kita. Ada kisah sederhana yang tak asing kita dengar. Kisah ini tak lain adalah kisah perlombaan lari kelinci dan kura-kura. Pada dongeng itu dikisahkan ada pertandingan lari antara seekor kelinci melawan seekor kura-kura.
Dengan kepercayaan diri yang kuat didukung kemampuan dan kecepatan lari yang dimilikinya seekor kelinci merasa akan dengan mudah mengalahkan kura-kura. Kelinci sangat yakin bahwa ia pasti menang. Ia demikian membanggakan dirinya karena kecepatan larinya di depan hewan-hewan lain di hutan tak pernah terkalahkan. Ia lalu menjadi sombong dan jumawa. Sang kura-kura walau awalnya yakin tak akan menang melawan kelinci, namun ia tak takut dan tak pula menjadi pengecut. Ia hadapi tantangan itu dan walau tak seekor binatangpun menyangka ia akan mampu melawan kelinci, ia tetap menjalani takdirnya berjalan ke depan, selangkah demi selangkah dengan keyakinan yang pasti. Ia harus maju dan tak boleh lari dari tanggungjawabnya sebagai peserta lomba lari.
Karena kesombongannya, kelinci lalai, mengabaikan keadaan dan tak waspada. Ia tertipu kemampuannya dan malah menikmati perjalanan larinya untuk mencari makan, hingga kekenyangan dan tertidur pulas karena desakan kantuk yang datang. Ia lupa tujuan semula ia berada di lintasan lari. Ia juga yakin pasti ia akan menang melawan kura-kura yang jangankan lari, berjalan saja sudah demikian menyusahkan dirinya.
Kisah ini pada akhirnya menjadi kisah antiklimaks. Tak disangka, sang kura-kura dengan kegigihannya memenangkan pertandingan dan mengakhiri kisah tersebut. Sang kelinci yang baru saja terbangun dari tidurnya merasa kaget karena sang kura-kura mampu mengalahkannya, bukan karena kecepatan yang dimiliki oleh sang kura-kura, namun ia dikalahkan oleh karena kegigihan dan pantang menyerah dari seekor kura-kura yang lambat.
Nilai moral dari cerita ini kita telah tahu bersama. Bahwa semangat pantang menyerah dan teguh pada keyakinan diri untuk terus berusaha membuat sang kura-kura memenangkan pertandingan. Dan hidup ini ternyata layaknya sebuah pertandingan, kita tidak pernah tahu masalah apa yang akan dilalui oleh setiap orang. Jangan mudah menyerah ketika kita menghadapi masalah, yang harus kita lakukan adalah melakukan bagian kita dan jangan menyerah.
Tetaplah Gigih dan Tak mudah Menyerah
Ketika kita dilanda gelombang masalah. Jangan resah, apalagi takut atau malah menyerah. Karena dalam menghadapi masalah, yang terbaik justru adalah yang mampu dengan sabar menemukan solusi dan terus gigih tak mudah menyerah. Bukan mereka yang cepat menemukan masalah lalu tergelincir ke jurang kesombongan.
Menemukan solusi atas masalah memang tujuan semua orang. Namun kesabaran yang kuat serta keyakinan yang tertanam dalam, sebenarnya juga bagian penting yang harus dimiliki sebelum sampai pada sebuah solusi. Dan uniknya, bagaimana kita merespon setiap masalah akan menjadi nilai tersendiri atas kualitas kehidupan kita. Baik di sisi Allah maupun dihadapan manusia lainnya.
Saat kita berupaya merespon dan berikhtiar menyelesaikan masalah masing-masing inilah di sana terkihat kadar dan kualitas kita dalam kehidupan. Kita harus yakin sepenuh hati bahwa setiap masalah yang kita hadapi harus dijalani dan diselesaikan dengan penuh kesungguhan. Dan kita semua tahu, pasti setiap orang berbeda level kesungguhan dan ikhtiarnya dalam menyelesaikan masalahnya masing-masing.
Dalam kehidupan yang kita jalani, tingkat perbedaan usaha dan kesungguhan ini biasanya berbanding lurus dengan hasil akhir yang dicapai. Secara umum, semakin besar kadar kesungguhan seseorang mencari solusi atas masalahnya, maka potensi kebaikan dan kualitas kehidupan setelahnya pastilah semakin tinggi.
Selepas sebuah masalah kita lewati, semoga setelahnya ada kebaikan baru yang Allah berikan. Masalah ibarat ujian sekolah, begitu kita sukses menjalaninya segera kelulusan menanti kita. Bisa jadi akan ada amanah besar dan lebih baik, serta rizki lebih banyak yang Allah berikan bagi kita.
Namun sebagaimana sebuah kebaikan, sejatinya ia adalah amanah. Dan ketika Allah SWT memberikan amanah yang lebih besar lagi, seperti rizki, jabatan, dan lainnya bisa jadi juga tak lama kemudian akan muncul masalah baru yang akan mengiringinya. Masalah adalah bagian lain dari kebaikan. Begitu ada kebaikan baru, bisa jadi muncul ujian dalam ragam yang berbeda dari sebelumnya.
Makanya, selepas melewati sebuah masalah dalam kehidupan, kita secepatnya bersyukur dan memuji-Nya dengan meningkatkan ibadah dan kedekatan pada-Nya. Hal ini tak lain, agar kita punya cara yang tepat dan proporsional bahwa setiap masalah yang dipercayakan pada kita sesuai dengan kadar kemampuan kita.
Kita juga harus punya keyakinan yang utuh bahwa Allah SWT Maha Adil dan tidak akan membebani hambanya di luar batasnya. Cara pandang seperti ini akan membuat kita selalu optimis dalam menjalani hidup dan menghadapi masalah.
Ketika kita telah yakin, maka kita tinggal mencari jalan keluarnya. Al-Quran mengingatkan dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 45 :
“Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan salat, dan sesungguhnya hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu“.
Semoga apapun masalah yang kita hadapi, segera berlalu dan bertemu dengan solusi terbaiknya. Semoga setiap goresan masalah yang mengukir hati dan jiwa kita, bahkan seolah teramat dalam dan menyakitkan, Allah ganti dengan jalan keluar yang membahagiakan.
Selamat menikmati masalah dan menemukan jalan keluar terbaiknya. Bila pun seolah menemukan jalan buntu dari masalah yang ada, tetaplah kuat, tegar dan percaya bahwa sebesar-besar masalah, ada Allah SWT yang paling besar. Mintalah padanya jangan bosan, pagi-siang-sore hingga malam, hingga rahmat dan kasih sayang-Nya melunakan dan mempertemukan kita dengan kelemahan dan tertembusnya tembok dan dinding masalah.
“Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maulana waanikman nashir” (Cukuplah Allah sebagai sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami).
-Nana Sudiana, Direktur Pendayagunaan IZI (8/8/2020)-
Leave a Reply